Assalamu'alaiku.
Baik kali ini kami akan membagikan tentang TAUBAT. Dan isnya allah nanti selanjutnya kami akan bahas yang lain nya lagi. Semoga bermanfaat buat kalian semua khusus nya bagi yang sudah mampir ke blog saya. Terimakasih
Bab 2
Taubat
2- باب التوبة
قال العلماء: التوبة واجبة مِنْ كل ذنب. فإن كانت المعصية بين العبد وبين
اللَّه تعالى لا تتعلق بحق آدمي فلها ثلاثة شروط: أحدها أن يقلع عَنْ المعصية، والثاني
أن يندم عَلَى فعلها، والثالث أن يعزم أن لا يعود إليها أبدا؛ فإن فقد أحد الثلاثة
لم تصح توبته. وإن كانت المعصية تتعلق بآدمي فشروطها أربعة: هذه الثلاثة وأن يبرأ مِنْ
حق صاحبها. فأن كانت مالا أو نحوه رده إليه، وإن كان حد قذف ونحوه مكنه مِنْه أو طلب
عفوه، وإن كانت غيبة استحله مِنْها. ويجب أن يتوب مِنْ جميع الذنوب، فإن تاب مِنْ بعضها
صحت توبته عند أهل الحق مِنْ ذلك الذنب وبقى عليه الباقي. وقد تظاهرت دلائل الكتاب
والسنة وإجماع الأمة عَلَى وجوب التوبة.
Para alim-ulama berkata:
"Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa.
Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara
seseorang hamba dan antara Allah Ta'ala saja, yakni tidak ada hubungannya
dengan hak seseorang manusia yang lain,
maka untuk bertaubat
itu harus menetapi tiga macam
syarat, yaitu:
1. Pertama
hendaklah menghentikan sama sekali-seketika itu juga -dari kemaksiatan yang
dilakukan,
2. kedua
ialah supaya merasa menyesal karena
telah melakukan kemaksiatan tadi dan
3. ketiga
supaya berniat tidak akan kembali mengulangi
perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut
di atas itu ada yang ketinggalan maka tidak sahlah taubatnya. Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya
dengan sesama manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam, yaitu
4. upaya
melepaskan tanggungan itu dari hak kawannya. Maka jikalau tanggungan itu berupa
harta atau yang semisal dengan itu, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang
berhak tadi, jikalau berupa dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka
hendaklah mencabut dakwaan tadi dari orang yang didakwakan atau meminta saja
pengampunan daripada kawannya dan jikalau merupakan pengumpatan, maka hendaklah
meminta penghalalan yakni pemaafan dari
umpatannya itu kepada orang yang diumpat olehnya. Seseorang itu wajiblah bertaubat dari segala
macam dosa, tetapi jikalau seseorang itu
bertaubat dari sebagian dosanya, maka taubatnya itupun sah dari dosa
yang dimaksudkan itu, demikian pendapat para alim-ulama yang termasuk golongan
ahlulhaq, namun saja dosa-dosa yang
lain-lainnya masih tetap ada dan tertinggal - yakni belum lagi ditaubati. Sudah
jelaslah dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah s.a.w.
serta ijma' seluruh ummat perihal wajibnya mengerjakan taubat itu.
قال اللَّه تعالى:
{ وتوبوا إِلَى اللَّه جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون } .
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, hai sekalian
orang Mu'min, supaya engkau semua memperoleh kebahagiaan."
(an-Nur: 31)
وقال تعالى: { استغفروا
ربكم ثم توبوا إليه } .
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Mohon ampunlah kepada Tuhanmu semua dan bertaubatlah
kepadaNya."
(Hud: 3)
وقال تعالى: { يا
أيها الذين آمنوا توبوا إِلَى اللَّه توبة نصوحا } .
Dan lagi firmanNya:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang nashuha -yakni yang sebenar-benarnya."
(at-Tahrim: 8)
13- وعَنْ أبي
هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال : سمِعتُ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ
: " واللَّه إِنِّي لأَسْتَغْفرُ الله ، وَأَتُوبُ إِليْه ، في اليَوْمِ ، أَكثر
مِنْ سَبْعِين مرَّةً " رواه البخاري .
13. Dari Abu Hurairah r.a. berkata:
Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Demi Allah, sesungguhnya saya itu niscayalah memohonkan
pengampunan kepada Allah serta bertaubat
kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali."
(Riwayat Bukhari)
14- وعن الأَغَرِّ
بْن يَسار المُزنِيِّ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
: " يا أَيُّها النَّاس تُوبُوا إِلى اللَّهِ واسْتغْفرُوهُ فإِني أَتوبُ في اليَوْمِ
مائة مَرَّة " رواه مسلم .
14.
Dari Aghar bin Yasar al-Muzani r.a. katanya:
Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Hai
sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan
daripadaNya, karena sesungguhnya saya
ini bertaubat dalam sehari seratus kali."
(Riwayat
Muslim)
15- وعنْ أبي حَمْزَةَ أَنَس بن مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ خَادِمِ رسول
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم : للَّهُ أَفْرحُ بتْوبةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سقطَ عَلَى بعِيرِهِ
وقد أَضلَّهُ في أَرضٍ فَلاةٍ متفقٌ عليه .
وفي رواية لمُسْلمٍ : " للَّهُ أَشدُّ فرحاً بِتَوْبةِ عَبْدِهِ حِين
يتُوبُ إِلْيهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كان عَلَى راحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فلاةٍ ، فانْفلتتْ مِنْهُ
وعلَيْها طعامُهُ وشرَابُهُ فأَيِسَ مِنْهَا ، فأَتَى شَجَرةً فاضْطَجَعَ في ظِلِّهَا
، وقد أَيِسَ مِنْ رَاحِلتِهِ ، فَبَيْنما هوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ بِها قَائِمة عِنْدَهُ
، فَأَخذ بِخطامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الفَرحِ : اللَّهُمَّ أَنت عبْدِي وأَنا
ربُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الفرح " .
15. Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan
Rasulullah s.a.w., katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya
daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan
oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya
ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua
yang berada di atas kendaraannya - yang
dimaksud ialah untanya - dan berada di suatu tanah yang luas, kemudian menyingkirkan
kendaraannya itu dari dirinya, sedangkan di situ ada makanan dan minumannya.
Orang tadi lalu berputus-asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon terus tidur
berbaring di bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali
dari kendaraannya tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas
itu, kendaraannya itu
tampak berdiri di
sisinya, lalu ia mengambil
ikatnya. Oleh sebab sangat gembiranya maka ia berkata: "Ya Allah, Engkau
adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu". Ia menjadi salah ucapannya karena amat gembiranya."
Keterangan: Jadi kegembiraan Allah Ta'ala di kala mengetahui ada
hambaNya yang bertaubat itu adalah lebih
sangat dari kegembiraan orang yang tersebut dalam ceritera di atas itu.
16- وعن أبي مُوسى عَبْدِ اللَّهِ بنِ قَيْسٍ الأَشْعَرِيِّ ، رضِي
الله عنه ، عن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: " إِن الله تعالى
يبْسُطُ يدهُ بِاللَّيْلِ ليتُوب مُسيءُ النَّهَارِ وَيبْسُطُ يَدهُ بالنَّهَارِ ليَتُوبَ
مُسِيءُ اللَّيْلِ حتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مغْرِبِها " رواه مسلم .
16. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari r.a.,
dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu membeberkan tanganNya - yakni
kerahmatanNya -di waktu malam untuk
menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang dan juga
membeberkan tanganNya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang
berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya
matahari dari arah barat - yakni di saat hamper tibanya hari kiamat, karena setelah ini terjadi, tidak diterima
lagi taubatnya seseorang."
(Riwayat Muslim)
17- وعَنْ أبي هُريْرةَ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم : " مَنْ تاب قَبْلَ أَنْ تطلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مغْرِبِهَا
تَابَ الله علَيْه " رواه مسلم .
17.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa
bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah menerima
taubatnya orang itu."
(Riwayat Muslim)
18- وعَنْ أبي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ اللَّهِ بن عُمرَ بن الخطَّاب
رضي الله عنهما عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: "إِنَّ الله عزَّ
وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَالَم يُغرْغرِ" رواه الترمذي وقال: حديث حسنٌ
.
18. Dari Abu Abdur Rahman yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab
r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla itu menerima taubatnya
seseorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya - yakni ketika
akan meninggal dunia."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan.
19- وعَنْ زِرِّ بْنِ حُبْيشٍ قَال : أَتيْتُ صفْوانَ بْنِ عسَّالٍ
رضِي الله عنْهُ أَسْأَلُهُ عن الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فقال : مَا جَاءَ بِكَ
يَا زِرُّ ؟ فقُلْتُ : ابْتغَاءُ الْعِلْمِ ، فقَال: إِنَّ الْملائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحتِها
لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضاء بمَا يَطلُبُ ، فَقلْتُ : إِنَّه قدْ حَكَّ في صدْرِي الْمسْحُ
عَلَى الْخُفَّيْنِ بَعْدَ الْغَائِطِ والْبوْلِ ، وكُنْتَ امْرَءاً مِنْ أَصْحاب النَّبِيِّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَجئْت أَسْأَلُكَ : هَلْ سمِعْتَهُ يذْكرُ في ذَلِكَ
شيْئاً ؟ قال : نعَمْ كانَ يأْمُرنا إذا كُنا سفراً أوْ مُسافِرين أَن لا ننْزعَ خفافَنا
ثلاثة أَيَّامٍ ولَيَالِيهنَّ إِلاَّ مِنْ جنَابةٍ ، لكِنْ مِنْ غائطٍ وبْولٍ ونْومٍ
. فقُلْتُ : هَل سمِعتهُ يذكُر في الْهوى شيْئاً ؟ قال : نعمْ كُنَّا مَع رسول الله
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في سفرٍ ، فبيْنا نحنُ عِنْدهُ إِذ نادَاهُ أَعْرابي
بصوْتٍ له جهوريٍّ : يا مُحمَّدُ ، فأَجَابهُ رسولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
نحْوا مِنْ صَوْتِه : "هاؤُمْ" فقُلْتُ لهُ : وَيْحَكَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
فإِنَّك عِنْد النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وقدْ نُهِيت عَنْ هذا ، فقال
: واللَّه لا أَغضُضُ : قَالَ الأَعْرابِيُّ : الْمَرْءُ يُحِبُّ الْقَوم ولَمَّا يلْحق
بِهِمْ؟ قال النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : "الْمرْءُ مع منْ أَحَبَّ
يَوْمَ الْقِيامةِ " فما زَالَ يُحدِّثُنَا حتَّى ذكر باباً من الْمَغْرب مَسيرةُ
عرْضِه أوْ يسِير الرَّاكِبُ في عرْضِهِ أَرْبَعِينَ أَوْ سَبْعِينَ عَاماً. قَالَ
سُفْيانُ أَحدُ الرُّوَاةِ . قِبل الشَّامِ خلقَهُ اللَّهُ تعالى يوْم خلق السموات
والأَرْضَ مفْتوحاً لِلتَّوبة لا يُغلقُ حتَّى تَطلُعَ الشَّمْسُ مِنْهُ " رواه
التِّرْمذي وغيره وقال : حديث حسن صحيح .
19. Dari Zir bin Hubaisy, katanya:
"Saya mendatangi Shafwan bin 'Assal r.a. perlu menanyakan soal
mengusap dua buah sepatu khuf (but). Shafwan berkata: "Apakah yang
menyebabkan engkau datang ini, hai Zir?" Saya menjawab: " karena
ingin mencari ilmu pengetahuan." Ia berkata lagi: "Sesungguhnya para
malaikat itu sama meletakkan sayap-sayapnya - yakni berhenti terbang dan ingin
pula mendengarkan ilmu atau karena
tunduk menghormat - kepada Orang yang menuntut ilmu, karena ridha dengan apa yang dicarinya."
Saya berkata: "Sebenarnya saya sudah tergerak dalam hatiku akan mengusap
di atas dua buah sepatu khuf itu sehabis
buang air besar atau kecil. Engkau adalah termasuk salah seorang sahabat Nabi s.a.w.,
maka dari itu saya datang ini untuk menanyakannya kepadamu. Apakah engkau
pernah mendengar beliau s.a.w. menyebutkan persoalan mengusap sepatu khuf itu
daripadanya?" Shafwan menjawab: "Ia pernah. Rasulullah s.a.w.
menyuruh kita semua, jikalau kita sedang dalam bepergian,supaya kita jangan
melepaskan sepatu khuf kita selama tiga
hari dengan malamnya sekali, kecuali jikalau kita terkena janabah, tetapi kalau
hanya karena membuang air besar atau
kecil atau karena sehabis tidur,
bolehlah tidak usah dilepaskan." Saya berkata lagi: "Apakah engkau
pernah mendengar beliau s.a.w. menyebutkan persoalan cinta?" Dia menjawab:
"Ya pernah. Pada suatu ketika kita bersama dengan Rasulullah s.a.w. dalam
bepergian. Di kala kita berada di sisinya itu, tiba-tiba ada seorang a'rab
(orang Arab dari pegunungan) memanggil beliau itu dengan suara yang keras
sekali, katanya: "Hai Muhammad." Rasulullah s.a.w. menjawabnya dengan
suara yang sekeras suaranya itu pula: "Mari kemari". Saya berkata
pada orang a'rab tadi: "Celaka engkau ini, perlahankanlah suaramu, sebab
engkau ini benar-benar ada di sisi Nabi s.a.w.,sedangkan aku dilarang semacam
ini - yakni bersuara keras-keras di hadapannya-."Orang a'rab itu berkata:
"Demi Allah, saya tidak akan memperlahankan suaraku." Kemudian ia
berkata kepada Nabi s.a.w.: "Ada orang mencintai sesuatu golongan, tetapi
ia tidak dapat menyamai mereka - dalam hal amal perbuatannya serta cara mencari
kesempurnaan kehidupan dunia dan akhiratnya. Nabi s.a.w. menjawab:
"Seseorang itu dapat menyertai orang yang dicintai olehnya besok pada hari
kiamat." Tidak henti-hentinya beliau memberitahukan apa saja kepada kita,
sehingga akhirnya menyebutkan bahwa di arah barat itu ada sebuah pintu yang
perjalanan luasnya yakni sekiranya seseorang yang berkendaraan berjalan hendak
menempuh jarak luasnya itu, maka jarak antara dua ujung pintu tadi adalah
sejauh empat puluh atau tujuh puluh tahun." Salah seorang yang
meriwayatkan Hadis ini yaitu Sufyan mengatakan: "Di arah Syam pintu itu dijadikan oleh Allah Ta'ala sejak
hari Dia menciptakan semua langit dan bumi, senantiasa terbuka untuk taubat,
tidak pernah ditutup sehingga terbitlah matahari dari sebelah barat yakni dari
dalam pintu tadi."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan lain-lainnya dan Imam Termidzi
mengatakan bahwa Hadis ini adalah hasan shahih.
20- وعنْ أبي سعِيدٍ سَعْد بْنِ مالك بْنِ سِنانٍ الْخُدْرِيِّ رضي
الله عنه أَن نَبِيَّ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : " كان فِيمنْ
كَانَ قَبْلكُمْ رَجُلٌ قتل تِسْعةً وتِسْعين نفْساً ، فسأَل عن أَعلَم أَهْلِ الأَرْضِ
فدُلَّ على راهِبٍ ، فَأَتَاهُ فقال : إِنَّهُ قَتَل تِسعةً وتسعِينَ نَفْساً ، فَهلْ
لَهُ مِنْ توْبَةٍ ؟ فقال : لا فقتلَهُ فكمَّلَ بِهِ مِائةً ثمَّ سألَ عن أعلم أهلِ
الأرضِ ، فدُلَّ على رجلٍ عالمٍ فقال: إنهَ قَتل مائةَ نفسٍ فهلْ لَهُ مِنْ تَوْبةٍ
؟ فقالَ: نَعَمْ ومنْ يحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التوْبة ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كذا
وكذا ، فإِنَّ بها أُنَاساً يعْبُدُونَ الله تعالى فاعْبُدِ الله مَعْهُمْ ، ولا تَرْجعْ
إِلى أَرْضِكَ فإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ ، فانطَلَق حتَّى إِذا نَصَف الطَّريقُ أَتَاهُ
الْموْتُ فاختَصمتْ فيهِ مَلائكَةُ الرَّحْمَةِ وملاكةُ الْعَذابِ . فقالتْ ملائكةُ
الرَّحْمَةَ : جاءَ تائِباً مُقْبلا بِقلْبِهِ إِلى اللَّهِ تعالى ، وقالَتْ ملائكَةُ
الْعذابِ : إِنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خيْراً قطُّ ، فأَتَاهُمْ مَلكٌ في صُورَةِ آدمي فجعلوهُ
بيْنهُمْ أَي حكماً فقال قيسوا ما بَيْن الأَرْضَين فإِلَى أَيَّتهما كَان أَدْنى فهْو
لَهُ، فقاسُوا فوَجَدُوه أَدْنى إِلَى الأَرْضِ التي أَرَادَ فَقبَضْتهُ مَلائكَةُ
الرَّحمةِ " متفقٌ عليه.
وفي روايةٍ في الصحيح : " فكَان إِلَى الْقرْيَةِ الصَّالحَةِ أَقْربَ
بِشِبْرٍ ، فجُعِل مِنْ أَهْلِها " وفي رِواية في الصحيح : " فأَوْحَى اللَّهُ
تعالَى إِلَى هَذِهِ أَن تَبَاعَدِى، وإِلى هَذِهِ أَن تَقرَّبِي وقَال : قِيسُوا مَا
بيْنهمَا ، فَوَجدُوه إِلَى هَذِهِ أَقَرَبَ بِشِبْرٍ فَغُفَرَ لَهُ " . وفي روايةٍ
: " فنأَى بِصَدْرِهِ نَحْوهَا " .
20. Dari Abu Said, yaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a.
Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah
membunuh sembilanpuluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang
yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta.
lapun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahwa sesungguhnya ia telah
membunuh sembilanpuluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat.
Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya
sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah
seorang lagi itu.
Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian
ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahwa
sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masi'h diterima
taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat
menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah
begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah
Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan
mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah
negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah
sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian. Kemudian
bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat
siksaan - yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan
siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk
bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat
siksaan berkata: "Bahwasanya orang ini samasekali belum pernah melakukan
kebaikan sedikitpun." Selanjutnya
ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu
ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi,
yakni dijadikan hakim pemutusnya - untuk menetapkan mana yang benar. Ia
berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia
lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya - maksudnya jikalau lebih
dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah
milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia
adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian
didapatinya bahwa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang
dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu
maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian:
"Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada
pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia
termasuk golongan penduduknya."
Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan:
Allah Ta'ala lalu mewahyukan
kepada tanah yang ini - tempat asalnya - supaya engkau menjauh dan
kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju - supaya engkau mendekat -
maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi
jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat
jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara keduanya."
Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahwa kepada yang ini –yang dituju -
adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang itupun
diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan:
"Orang tersebut bergerak - amat susah payah karena hendak mati - dengan dadanya ke arah
tempat yang dituju itu."
21- وعَنْ عبْدِ اللَّهِ بنِ كَعْبِ بنِ مَالكٍ ، وكانَ قائِدَ كعْبٍ
رضِيَ الله عنه مِنْ بَنِيهِ حِينَ عَمِيَ، قال : سَمِعْتُ كعْبَ بن مَالكٍ رضِي الله
عنه يُحَدِّثُ بِحدِيِثِهِ حِين تخَلَّف عَنْ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
، في غزوةِ تبُوكَ . قَال كعْبٌ : لمْ أَتخلَّفْ عَنْ رسولِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، في غَزْوَةٍ غَزَاها إِلاَّ في غزْوَةِ تَبُوكَ ، غَيْر أَنِّي قدْ تخلَّفْتُ
في غَزْوةِ بَدْرٍ ، ولَمْ يُعَاتَبْ أَحد تَخلَّف عنْهُ ، إِنَّما خَرَجَ رسولُ الله
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم والمُسْلِمُونَ يُريُدونَ عِيرَ قُريْش حتَّى جَمعَ الله
تعالَى بيْنهُم وبيْن عَدُوِّهِمْ عَلَى غيْرِ ميعادٍ . وَلَقَدْ شهدْتُ مَعَ رسولِ
اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ليْلَةَ العَقبَةِ حِينَ تَوَاثَقْنَا عَلَى
الإِسْلامِ ، ومَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِهَا مَشهَدَ بَدْرٍ ، وإِن كَانتْ بدْرٌ أَذْكَرَ
في النَّاسِ مِنهَا وكان من خبري حِينَ تخلَّفْتُ عَنْ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، في غَزْوَةِ تبُوك أَنِّي لَمْ أَكُنْ قَطُّ أَقْوَى ولا أَيْسَرَ مِنِّي
حِينَ تَخلَّفْتُ عَنْهُ في تِلْكَ الْغَزْوَة ، واللَّهِ ما جَمعْتُ قبْلها رَاحِلتيْنِ
قطُّ حتَّى جَمَعْتُهُما في تلك الْغَزوَةِ ، ولَمْ يكُن رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم يُريدُ غَزْوةً إِلاَّ ورَّى بغَيْرِهَا حتَّى كَانَتْ تِلكَ الْغَزْوةُ ،
فغَزَاها رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في حَرٍّ شَديدٍ ، وَاسْتَقْبَلَ
سَفراً بَعِيداً وَمَفَازاً. وَاسْتَقْبَلَ عَدداً كَثيراً ، فجَلَّى للْمُسْلمِينَ
أَمْرَهُمْ ليَتَأَهَّبوا أُهْبَةَ غَزْوِهِمْ فَأَخْبَرَهُمْ بوَجْهِهِمُ الَّذي يُريدُ
، وَالْمُسْلِمُون مَع رسول الله كثِيرٌ وَلاَ يَجْمَعُهُمْ كِتَابٌ حَافِظٌ
" يُريدُ بذلكَ الدِّيَوان " قال كَعْبٌ :
فقلَّ رَجُلٌ يُريدُ أَنْ يَتَغَيَّبَ إِلاَّ ظَنَّ أَنَّ ذلكَ سَيَخْفى
بِهِ مَالَمْ يَنْزِلْ فيهِ وَحْىٌ مِن اللَّهِ ، وغَزَا رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم تلكَ الغزوةَ حين طَابت الثِّمَارُ والظِّلالُ ، فَأَنا إِلَيْهَا أَصْعرُ
، فتجهَّز رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَالْمُسْلِمُون معهُ ، وطفِقْت
أَغدو لِكىْ أَتَجَهَّزَ معهُ فأَرْجعُ ولمْ أَقْض شيئاً ، وأَقُولُ في نَفْسى: أَنا
قَادِرٌ علَى ذلك إِذا أَرَدْتُ، فلمْ يَزلْ يتمادى بي حتَّى اسْتمَرَّ بالنَّاسِ الْجِدُّ
، فأَصْبَحَ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم غَادياً والْمُسْلِمُونَ معَهُ
، وَلَمْ أَقْضِ مِنْ جهازي شيْئاً ، ثُمَّ غَدَوْتُ فَرَجَعْتُ وَلَم أَقْض شَيْئاً
، فَلَمْ يزَلْ يَتَمادَى بِي حَتَّى أَسْرعُوا وتَفَارَط الْغَزْوُ ، فَهَمَمْتُ أَنْ
أَرْتَحِل فأَدْركَهُمْ ، فَيَاليْتَني فَعلْتُ ، ثُمَّ لَمْ يُقَدَّرْ ذلك لي ، فَطفقتُ
إِذَا خَرَجْتُ في النَّاسِ بَعْد خُرُوجِ رسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
يُحْزُنُنِي أَنِّي لا أَرَى لِي أُسْوَةً ، إِلاَّ رَجُلاً مَغْمُوصاً عَلَيْه في
النِّفاقِ ، أَوْ رَجُلاً مِمَّنْ عَذَرَ اللَّهُ تعالَى مِن الضُّعَفَاءِ ، ولَمْ
يَذكُرني رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حتَّى بَلَغ تَبُوكَ ، فقالَ وَهُوَ
جَالِسٌ في القوْمِ بتَبُوك : ما فَعَلَ كعْبُ بْنُ مَالكٍ ؟ فقالَ رَجُلٌ مِن بَنِي
سلمِة : يا رسول الله حَبَسَهُ بُرْدَاهُ ، وَالنَّظرُ في عِطْفيْه . فَقال لَهُ مُعَاذُ
بْنُ جَبَلٍ رضيَ اللَّهُ عنه . بِئس ما قُلْتَ ، وَاللَّهِ يا رسول الله مَا عَلِمْنَا
علَيْهِ إِلاَّ خَيْراً ، فَسكَت رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم. فبَيْنَا
هُوَ علَى ذلك رَأَى رَجُلاً مُبْيِضاً يَزُولُ به السَّرَابُ ، فقالَ رسولُ الله صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : كُنْ أَبَا خَيْثمَةَ ، فَإِذا هوَ أَبُو خَيْثَمَةَ الأَنْصَاريُّ
وَهُوَ الَّذي تَصَدَّقَ بصاع التَّمْر حين لمَزَهُ المنافقون قَالَ كَعْبٌ : فَلَّما
بَلَغني أَنَّ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَدْ توَجَّهَ قَافلا منْ تَبُوكَ
حَضَرَني بَثِّي ، فطفقتُ أَتذكَّرُ الكذِبَ وَأَقُولُ: بِمَ أَخْرُجُ من سَخطه غَداً
وَأَسْتَعينُ عَلَى ذلكَ بِكُلِّ ذِي رَأْي مِنْ أَهْلي ، فَلَمَّا قِيلَ : إِنَّ رسول
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قدْ أَظِلَّ قادماً زاحَ عَنِّي الْبَاطِلُ حَتَّى
عَرَفتُ أَنِّي لم أَنج مِنْهُ بِشَيءٍ أَبَداً فَأَجْمَعْتُ صِدْقَةُ ، وأَصْبَحَ
رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَادماً ، وكان إِذا قدمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ
بالْمَسْجد فرَكعَ فيه رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلس للنَّاس ، فلمَّا فعل ذَلك جَاءَهُ
الْمُخلَّفُونَ يعْتذرُون إِليْه وَيَحْلفُون لَهُ ، وكانوا بضعاً وثمَانين رَجُلا
فقبل منْهُمْ عَلانيَتهُمْ وَاسْتغفَر لهُمْ وَوَكلَ سَرَائرَهُمْ إِلى الله تعَالى
. حتَّى جئْتُ ، فلمَّا سَلَمْتُ تبسَّم تبَسُّم الْمُغْضب ثمَّ قَالَ : تَعَالَ، فجئتُ
أَمْشي حَتى جَلَسْتُ بيْن يَدَيْهِ ، فقالَ لِي : مَا خَلَّفَكَ ؟ أَلَمْ تكُنْ قد
ابْتَعْتَ ظَهْرَك، قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ الله إِنِّي واللَّه لَوْ جلسْتُ عنْد
غيْركَ منْ أَهْلِ الدُّنْيَا لَرَأَيْتُ أَني سَأَخْرُج منْ سَخَطه بعُذْرٍ ، لقدْ
أُعْطيتُ جَدَلا ، وَلَكنَّي وَاللَّه لقدْ عَلمْتُ لَئن حَدَّثْتُكَ الْيَوْمَ حديث
كَذبٍ ترْضى به عنِّي لَيُوشكَنَّ اللَّهُ يُسْخطك عليَّ ، وإنْ حَدَّثْتُكَ حَديث
صدْقٍ تجدُ علَيَّ فيه إِنِّي لأَرْجُو فِيه عُقْبَى الله عَزَّ وَجلَّ ، واللَّه ما
كان لِي من عُذْرٍ ، واللَّهِ مَا كُنْتُ قَطُّ أَقْوَى وَلا أَيْسر مِنِّي حِينَ تَخلفْتُ
عَنك قَالَ : فقالَ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " أَمَّا هذَا فقَدْ
صَدَقَ ، فَقُمْ حَتَّى يَقْضيَ اللَّهُ فيكَ " وسَارَ رِجَالٌ مِنْ بَنِي سَلمة
فاتَّبعُوني ، فقالُوا لِي : واللَّهِ مَا عَلِمْنَاكَ أَذنْبتَ ذَنْباً قبْل هذَا
، لقَدْ عَجَزتَ في أن لا تَكُون اعتذَرْت إِلَى رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
بمَا اعْتَذَرَ إِلَيهِ الْمُخَلَّفُون فقَدْ كَانَ كافِيَكَ ذنْبكَ اسْتِغفارُ رسول
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لَك . قَالَ : فوالله ما زَالُوا يُؤنِّبُوننِي
حتَّى أَرَدْت أَنْ أَرْجِعَ إِلى رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فأَكْذِب
نفسْي ، ثُمَّ قُلتُ لهُم : هَلْ لَقِيَ هَذا معِي مِنْ أَحدٍ ؟ قَالُوا : نَعَمْ لقِيَهُ
معك رَجُلان قَالا مِثْلَ مَا قُلْتَ ، وقيل لَهمَا مِثْلُ مَا قِيلَ لكَ ، قَال قُلْتُ
: مَن هُمَا ؟ قالُوا : مُرارةُ بْنُ الرَّبِيع الْعَمْرِيُّ ، وهِلال ابْن أُميَّةَ
الْوَاقِفِيُّ ؟ قَالَ : فَذكَروا لِي رَجُلَيْنِ صَالِحَيْن قدْ شَهِدا بدْراً فِيهِمَا
أُسْوَةٌ . قَالَ : فَمَضيْت حِينَ ذَكَروهُمَا لِي .
وَنهَى رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عن كَلامِنَا أَيُّهَا
الثلاثَةُ مِن بَين من تَخَلَّف عَنهُ ، قالَ : فاجْتَنبَنا النَّاس أَوْ قَالَ: تَغَيَّرُوا
لَنَا حَتَّى تَنَكَّرت لِي في نفسي الأَرْضُ ، فَمَا هيَ بالأَرْضِ التي أَعْرِفُ
، فَلَبثْنَا عَلَى ذَلكَ خمْسِينَ ليْلَةً . فأَمَّا صَاحبايَ فَاستَكَانَا وَقَعَدَا
في بُيُوتهمَا يَبْكيَانِ وأَمَّا أَنَا فَكُنتُ أَشَبَّ الْقَوْمِ وَأَجْلَدَهُمْ
، فَكُنتُ أَخْرُج فَأَشهَدُ الصَّلاة مَعَ الْمُسْلِمِينَ، وَأَطُوفُ في الأَسْوَاقِ
وَلا يُكَلِّمُنِي أَحدٌ ، وآتِي رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فأُسَلِّمُ
عَلَيْهِ ، وَهُو في مجْلِسِهِ بعدَ الصَّلاةِ ، فَأَقُولُ في نفسِي : هَل حَرَّكَ
شفتَيهِ بردِّ السَّلامِ أَم لاَ ؟ ثُمَّ أُصلِّي قريباً مِنهُ وأُسَارِقُهُ النَّظَرَ
، فَإِذَا أَقبَلتُ على صلاتِي نَظر إِلَيَّ ، وإِذَا الْتَفَتُّ نَحْوَهُ أَعْرَضَ
عَنِّي ، حَتى إِذا طَال ذلكَ عَلَيَّ مِن جَفْوَةِ الْمُسْلمينَ مشَيْت حَتَّى تَسوَّرْت
جدارَ حَائط أبي قَتَادَةَ وَهُوَا ابْن عَمِّي وأَحبُّ النَّاسَ إِلَيَّ ، فَسلَّمْتُ
عَلَيْهِ فَواللَّهِ مَا رَدَّ عَلَيَّ السَّلامَ ، فَقُلْت لَه : يا أَبَا قتادَة
أَنْشُدكَ باللَّه هَلْ تَعْلَمُني أُحبُّ الله وَرَسُولَه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
؟ فَسَكَتَ، فَعُدت فَنَاشَدتُه فَسكَتَ ، فَعُدْت فَنَاشَدْته فَقَالَ : الله ورَسُولُهُ
أَعْلَمُ . فَفَاضَتْ عَيْنَايَ ، وَتَوَلَّيْتُ حَتَّى تَسَوَّرتُ الْجدَارَ فبَيْنَا
أَنَا أَمْشي في سُوقِ المدينةِ إِذَا نَبَطيُّ منْ نبطِ أَهْلِ الشَّام مِمَّنْ قَدِمَ
بالطَّعَامِ يبيعُهُ بالمدينةِ يَقُولُ : مَنْ يَدُلُّ عَلَى كعْبِ بْنِ مَالكٍ ؟ فَطَفقَ
النَّاسُ يشيرون له إِلَى حَتَّى جَاءَني فَدَفَعَ إِلى كتَاباً منْ مَلِكِ غَسَّانَ
، وكُنْتُ كَاتِباً . فَقَرَأْتُهُ فَإِذَا فيهِ : أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ قَدْ بلَغَنَا
أَن صاحِبَكَ قدْ جَفاكَ ، ولمْ يجْعلْك اللَّهُ بدَارِ هَوَانٍ وَلا مَضْيعَةٍ ، فَالْحقْ
بِنا نُوَاسِك ، فَقلْت حِين قرأْتُهَا: وَهَذِهِ أَيْضاً من الْبَلاءِ فَتَيمَّمْتُ
بِهَا التَّنُّور فَسَجرْتُهَا. حَتَّى إِذَا مَضَتْ أَرْبَعُون مِن الْخَمْسِينَ وَاسْتَلْبَثِ
الْوَحْىُ إِذَا رسولِ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَأْتِينِي ، فَقَالَ:
إِنَّ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَأَمُرُكَ أَنْ تَعْتزِلَ امْرأَتكَ
، فقُلْتُ: أُطَلِّقُهَا ، أَمْ مَاذا أَفعْلُ ؟ قَالَ: لا بَلْ اعتْزِلْهَا فلا تقربَنَّهَا
، وَأَرْسلَ إِلى صَاحِبيَّ بِمِثْلِ ذلِكَ . فَقُلْتُ لامْرَأَتِي : الْحقِي بِأَهْلكِ
فَكُونِي عِنْدَهُمْ حَتَّى يَقْضِيَ اللُّهُ في هذَا الأَمر ، فَجَاءَت امْرأَةُ هِلالِ
بْنِ أُمَيَّةَ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقالتْ لَهُ : يا رسول الله
إِنَّ هِلالَ بْنَ أُميَّةَ شَيْخٌ ضَائعٌ ليْسَ لَهُ خادِمٌ ، فهلْ تَكْرهُ أَنْ أَخْدُمهُ
؟ قال : لا، وَلَكِنْ لا يَقْربَنَّك . فَقَالَتْ : إِنَّهُ وَاللَّه مَا بِهِ مِنْ
حَركةٍ إِلَى شَيءٍ ، وَوَاللَّه ما زَالَ يَبْكِي مُنْذُ كَانَ مِنْ أَمْرِهِ مَا
كَانَ إِلَى يَوْمِهِ هَذَا . فَقَال لِي بعْضُ أَهْلِي: لَو اسْتأَذنْت رسول الله
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في امْرَأَتِك ، فقَدْ أَذن لامْرأَةِ هِلالِ بْنِ أُمَيَّةَ
أَنْ تَخْدُمَهُ؟ فقُلْتُ: لا أَسْتَأْذِنُ فِيهَا رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، ومَا يُدْريني مَاذا يَقُولُ رسولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا
اسْتَأْذَنْتُهُ فِيهَا وَأَنَا رَجُلٌ شَابٌّ فلَبِثْتُ بِذلك عشْر ليالٍ ، فَكَمُلَ
لَنا خمْسُونَ لَيْلَةً مِنْ حينَ نُهي عَنْ كَلامنا .
ثُمَّ صَلَّيْتُ صَلاَةَ الْفَجْرِ صباحَ خمْسينَ لَيْلَةً عَلَى ظهْرِ
بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِنَا ، فَبينَا أَنَا جَالسٌ عَلَى الْحال التي ذكَر اللَّهُ تعالَى
مِنَّا ، قَدْ ضَاقَتْ عَلَيَّ نَفْسِى وَضَاقَتْ عَليَّ الأَرضُ بمَا رَحُبَتْ، سَمعْتُ
صَوْتَ صَارِخٍ أوفي عَلَى سَلْعٍ يَقُولُ بأَعْلَى صَوْتِهِ : يَا كَعْبُ بْنَ مَالِكٍ
أَبْشِرْ، فخرَرْتُ سَاجِداً ، وَعَرَفْتُ أَنَّهُ قَدْ جَاءَ فَرَجٌ فَآذَنَ رسول
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم النَّاس بِتوْبَةِ الله عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْنَا
حِين صَلَّى صَلاة الْفجْرِ فذهَبَ النَّاسُ يُبَشِّرُوننا ، فذهَبَ قِبَلَ صَاحِبَيَّ
مُبَشِّرُونَ ، وركض رَجُلٌ إِليَّ فرَساً وَسَعَى ساعٍ مِنْ أَسْلَمَ قِبَلِي وَأَوْفَى
عَلَى الْجَبلِ ، وكَان الصَّوْتُ أَسْرَعَ مِنَ الْفَرَسِ ، فلمَّا جَاءَنِي الَّذي
سمِعْتُ صوْتَهُ يُبَشِّرُنِي نَزَعْتُ لَهُ ثَوْبَيَّ فَكَسَوْتُهُمَا إِيَّاهُ ببشارَته
واللَّه ما أَمْلِكُ غَيْرَهُمَا يوْمَئذٍ ، وَاسْتَعَرْتُ ثَوْبَيْنِ فَلَبسْتُهُمَا
وانْطَلَقتُ أَتَأَمَّمُ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَتَلَقَّانِي النَّاسُ
فَوْجاً فَوْجاً يُهَنِّئُونني بِالتَّوْبَةِ وَيَقُولُون لِي : لِتَهْنِكَ تَوْبَةُ
الله عَلَيْكَ، حتَّى دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم جَالِسٌ حَوْلَهُ النَّاسُ ، فَقَامَ طلْحَةُ بْنُ عُبَيْد الله رضي الله عنه
يُهَرْوِل حَتَّى صَافَحَنِي وهَنَّأَنِي ، واللَّه مَا قَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهاجِرِينَ
غَيْرُهُ ، فَكَان كَعْبٌ لا يَنْساهَا لِطَلحَة . قَالَ كَعْبٌ : فَلَمَّا سَلَّمْتُ
عَلَى رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، قال: وَهوَ يَبْرُقُ وَجْهُهُ مِنَ
السُّرُور أَبْشِرْ بِخَيْرِ يَوْمٍ مَرَّ عَلَيْكَ ، مُذْ ولَدَتْكَ أُمُّكَ ، فقُلْتُ
: أمِنْ عِنْدِكَ يَا رَسُول اللَّهِ أَم مِنْ عِنْد الله ؟ قَالَ : لاَ بَلْ مِنْ
عِنْد الله عَز وجَلَّ ، وكانَ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا سُرَّ
اسْتَنارَ وَجْهُهُ حتَّى كَأنَّ وجْهَهُ قِطْعَةُ قَمر، وكُنَّا نعْرِفُ ذلِكَ مِنْهُ،
فلَمَّا جلَسْتُ بَيْنَ يدَيْهِ قُلتُ: يَا رسول اللَّهِ إِنَّ مِنْ تَوْبَتِي أَنْ
أَنْخَلِعَ مِن مَالي صدَقَةً إِلَى اللَّهِ وإِلَى رَسُولِهِ .
فَقَالَ رَسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : أَمْسِكْ عَلَيْكَ
بَعْضَ مَالِكَ فَهُوَ خَيْر لَكَ ، فَقُلْتُ إِنِّي أُمْسِكُ سَهْمِي الَّذي بِخيْبَر
. وَقُلْتُ : يَا رَسُولَ الله إِن الله تَعَالىَ إِنَّما أَنْجَانِي بالصدق ، وَإِنْ
مِنْ تَوْبَتي أَن لا أُحدِّثَ إِلاَّ صِدْقاً ما بَقِيتُ ، فوا لله ما علِمْتُ أحداً
مِنَ المسلمِين أَبْلاْهُ اللَّهُ تَعَالَى في صدْق الْحَديث مُنذُ ذَكَرْتُ ذَلكَ
لرِسُولِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَحْسَنَ مِمَّا أَبْلاَنِي اللَّهُ تَعَالَى
، وَاللَّهِ مَا تَعمّدْت كِذْبَةً مُنْذُ قُلْت ذَلِكَ لرَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم إِلَى يَوْمِي هَذَا ، وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ يَحْفظني اللَّهُ تَعَالى
فِيمَا بَقِي ، قَالَ : فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى : { لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى
النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ والأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ في سَاعَةِ الْعُسْرةِ
} حَتَّى بَلَغَ : { إِنَّه بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَعَلَى
الثَّلاَثةِ الَّذينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ
} حتى بلغ: { اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادقين } [ التوبة : 117 ، 119
] .
قالَ كعْبٌ : واللَّهِ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ نِعْمَةٍ قَطُّ
بَعْدَ إِذْ هَدانِي اللَّهُ لِلإِسْلام أَعْظمَ في نَفسِي مِنْ صِدْقي رَسُولَ اللَّهِ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَن لاَّ أَكُونَ كَذَبْتُهُ ، فأهلكَ كَمَا هَلَكَ الَّذِينَ
كَذَبُوا إِن الله تَعَالَى قَالَ للَّذِينَ كَذَبُوا حِينَ أَنزَلَ الْوَحْيَ شَرَّ
مَا قَالَ لأحدٍ ، فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : {سيَحلِفون بِاللَّه لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُم
إِليْهِم لتُعْرِضوا عَنْهُمْ فأَعْرِضوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْس ومَأواهُمْ جَهَنَّمُ
جَزاءً بِمَا كَانُوا يكْسبُون . يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ ترْضَوْا
عَنْهُمْ فَإِن الله لاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْم الفاسقين َ } [ التوبة 95 ، 96 ] .
قال كَعْبٌ : كنَّا خُلِّفْنَا أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ عَنْ أَمْر أُولِئَكَ
الَّذِينَ قَبِلَ مِنْهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حِينَ حَلَفوا
لَهُ ، فبايعَهُمْ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ ، وِأرْجَأَ رَسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم أمْرَنا حَتَّى قَضَى اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ بِذَلكَ ، قَالَ اللُّه تَعَالَى
: { وَعَلَى الثَّلاَثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا } .
وليْسَ الَّذي ذَكَرَ مِمَّا خُلِّفنا تَخَلُّفُنا عَن الغزو ، وَإِنََّمَا
هُوَ تَخْلَيفهُ إِيَّانَا وإرجاؤُهُ أَمْرَنَا عَمَّنْ حَلَفَ لَهُ واعْتذَرَ إِليْهِ
فَقَبِلَ مِنْهُ . مُتَّفَقٌ عليه .
وفي رواية " أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم خَرَجَ
في غَزْوةِ تَبُوك يَوْمَ الخميسِ ، وَكَان يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الخميس " .
وفي رِوَايةٍ : " وَكَانَ لاَ يَقدُمُ مِنْ سَفَرٍ إِلاَّ نهَاراً
في الضُّحَى . فَإِذَا قَدِم بَدَأَ بالمْسجدِ فصلَّى فِيهِ ركْعتيْنِ ثُمَّ جَلَس
فِيهِ " .
21. Dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik dan ia - yakni Abdullah
-adalah pembimbing Ka'ab r.a. dari golongan anak-anaknya ketika Ka'ab - yakni
ayahnya itu - sudah buta matanya, katanya:
"Saya mendengar Ka'ab bin Malik r.a. menceriterakan perihal
peristiwanya sendiri ketika membelakang - artinya tidak mengikuti - Rasulullah
s.a.w. dalam peperangan Tabuk." Ka'ab berkata: "Saya tidak pernah
membelakang - tidak mengikuti - Rasulullah s.a.w. dalam suatu peperanganpun
kecuali dalam peperangan Tabuk. Hanya saja saya juga pernah tidak mengikuti dalam peperangan Badar,
tetapi beliau s.a.w. tidak mengolok-olokkan seseorangpun yang tidak
mengikutinya itu - yakni Badar. Hanyasanya Rasulullah s.a.w. keluar bersama
kaum Muslimin menghendaki kafilahnya kaum Quraisy, sehingga Allah Ta'ala
mengumpulkan antara mereka itu dengan musuhnya dalam waktu yang tidak
tertentukan. Saya juga ikut menyaksikan bersama Rasulullah s.a.w. di malam
'aqabah di waktu kita berjanji saling memperkokohkan Islam dan saya tidak
senang andaikata tidak mengikuti malam 'aqabah itu sekalipun umpamanya saya
ikut menyaksikan peperangan Badar dan sekalipun pula bahwa peperangan Badar itu
lebih termasyhur sebutannya di kalangan para manusia daripada malam 'aqabah
tadi. Perihal keadaanku ketika saya tidak mengikuti Rasulullah s.a.w. dalam
peperangan Tabuk ialah bahwa saya sama-sekali tidak lebih kuat dan tidak pula
lebih ringan dalam perasaanku sewaktu saya tidak mengikuti peperangan tersebut.
Demi Allah saya belum pernah mengumpulkan dua buah kendaraan sebelum adanya
peperangan Tabuk itu, sedang untuk peperangan ini saya dapat mengumpulkan
keduanya. Tidak pula Rasulullah s.a.w. itu menghendaki suatu peperangan,
melainkan tentu beliau berniat pula dengan peperangan yang berikutnya sehingga
sampai terjadinya peperangan Tabuk. Rasulullah s.a.w. berangkat dalam
peperangan Tabuk itu dalam keadaan panas yang sangat dan menghadapi suatu
perjalanan yang jauh lagi harus menempuh
daerah yang sukar memperoleh air dan tentulah pula akan menghadapi musuh yang jumlahnya amat besar sekali. Beliau
s.a.w. kemudian menguraikan maksudnya itu
kepada seluruh kaum Muslimin dan menjelaskan persoalan mereka, supaya
mereka dapat bersiap untuk menyediakan
perbekalan peperangan mereka. Beliau s.a.w. memberitahukan pada mereka dengan
tujuan yang dikehendaki. Kaum Muslimin yang menyertai Rasulullah s.a.w. itu banyak sekali, tetapi mereka itu
tidak terdaftarkan dalam sebuah buku
yang terpelihara." Yang dimaksud oleh Ka'ab ialah adanya buku
catatan yang berisi daftar mereka itu. Ka'ab berkata: "Maka sedikit sekali
orang yang ingin untuk tidak menyertai peperangan tadi, melainkan ia juga
menyangka bahwa dirinya akan tersamarkan,selama tidak ada wahyu yang turun dari
Allah Ta'ala - maksudnya karena
banyaknya orang yang mengikuti, maka orang
yang berniat tidak mengikuti tentu tidak akan diketahui oleh siapapun sebab
catatannyapun tidak ada. Rasulullah s.a.w. berangkat dalam peperangan Tabuk itu
di kala buah-buahan sedang enak-enaknya dan naungan-naungan di bawahnya sedang
nyaman-nyamannya. Saya amat senang
sekali pada buah-buahan serta naungan itu. Rasulullah s.a.w. bersiap-siap dan
sekalian kaum Muslimin juga demikian. Saya mulai pergi untuk ikut bersiap-siap
pula dengan beliau, tetapi saya lalu
mundur lagi dan tidak ada sesuatu urusanpun yang saya selesaikan, hanya dalam
hati saya berkata bahwa saya dapat sewaktu-waktu berangkat jikalau saya
menginginkan. Hal yang sedemikian itu selalu saja mengulur-ulurkan waktu
persiapanku, sehingga orang-orang giat sekali untuk mengadakan perbekalan mereka,
sedangkan saya sendiri belum ada persiapan sedikitpun. Kemudian saya pergi lagi
lalu kembali pula dan tidak pula ada
sesuatu urusan yang dapat saya selesaikan. Keadaan sedemikian ini terus-menerus
menyebabkan saya mengulur-ulurkan waktu keberangkatanku, sehingga orang-orang banyak telah
bergegas-gegas dan majulah mereka yang hendak mengikuti peperangan itu. Saya
bermaksud akan berangkat kemudian dan selanjutnya tentu dapat menyusul mereka
yang berangkat Tebih dulu. Alangkah baiknya sekiranya maksud itu saya
laksanakan, tetapi kiranya yang sedemikian tadi tidak ditakdirkan untuk dapat
saya kerjakan. Dengan begitu maka setiap saya keluar bertemu dengan orang-orang
banyak setelah berangkatnya Rasulullah s.a.w. itu, keadaan sekelilingku itu
selalu menyedihkan hatiku, karena saya
mengetahui bahwa diriku itu hanyalah sebagai suatu tuntunan yang dapat dituduh
melakukan kemunafikan atau hanya sebagai seseorang yang dianggap beruzur oleh
Allah Ta'ala karena termasuk golongan
kaum yang lemah - tidak kuasa mengikuti peperangan. Rasulullah s.a.w. kiranya tidak mengingat
akan diriku sehingga beliau datang di Tabuk, maka sewaktu beliau duduk di
kalangan kaumnya di Tabuk, tiba-tiba bertanya: "Apa yang dilakukan oleh Ka'ab
bin Malik?" Seorang dari golongan Bani Salimah menjawab: "Ya
Rasulullah, ia ditahan oleh pakaian indahnya dan oleh keadaan sekelilingnya
yang permai pandangannya." Kemudian Mu'az bin Jabal r.a. berkata:
"Buruk sekali yang kau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak
pernah melihat keadaan Ka'ab itu kecuali yang baik-baik saja." Rasulullah s.a.w. berdiam diri.
Ketika beliau s.a.w. dalam keadaan seperti itu lalu melihat ada seorang yang
mengenakan pakaian serba putih yang digerak-gerakkan oleh fatamorgana - sesuatu
yang tampak semacam air dalam keadaan yang panas terik di padang pasir -
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Engkaukah Abu Khaitsamah?"Memang orang
ituadalah Abu Khaitsamah al-Anshari dan ia adalah yang pernah bersedekah dengan
sesha' kurma ketika dicaci oleh kaum munafikin. Ka'ab berkata selanjutnya:
"Setelah ada berita yang sampai di telingaku bahwa Rasulullah s.a.w. telah
menuju kembali dengan kafilahnya dari Tabuk, maka datanglah kesedihanku lalu
saya mulai mengingat-ingat bagaimana sekiranya saya berdusta – untuk
mengada-adakan alasan tidak mengikuti peperangan. Saya berkata pada diriku,
bagaimana caranya supaya dapat terkeluar - terhindar dari kemurkaannya besok
sekiranya beliau telah tiba. Sayapun meminta bantuan untuk menemukan jalan
keluar dari kesulitan ini dengan setiap orang yang banyak mempunyai pendapat
dari golongan keluargaku. Setelah diberitahukan bahwa Rasulullah s.a.w. telah
tiba maka lenyaplah kebathilan dari jiwaku - yakni keinginan akan berdusta itu
- sehingga saya mengetahui bahwa saya tidak dapat menyelamatkan diriku dari
kemurkaannya itu dengan sesuatu apapun untuk selama- lamanya. Oleh sebab itu
saya menyatukan pendapat hendak mengatakan secara sebenarnya belaka.
Rasulullah s.a.w. itu apabila datang dari perjalanan, tentu memulai
dengan memasuki masjid, kemudian
bersembahyang dua rakaat, kemudian duduk di hadapan orang banyak. Setelah beliau melakukan yang sedemikian itu,
maka datanglah padanya orang-orang yang membelakang - tidak mengikuti
peperangan - untuk mengemukakan alasan mereka dan mereka pun bersumpah dalam
mengemukakan alasan-alasannya itu. Jumlah yang tidak mengikuti itu ada delapan
puluh lebih - tiga sampai sembilan. Beliau s.a.w. menerima alasan- alasan yang
mereka kemukakan secara terus terang itu, juga membai'at - meminta janji setia
- mereka serta memohonkan pengampunan untuk mereka pula, sedang apa yang
tersimpan dalam hati mereka bulat-bulat diserahkan kepada Allah Ta'ala.
Demikianlah sehingga sayapun datanglah
menghadap beliau s.a.w. itu. Setelah saya mengucapkan salam padanya, beliau
tersenyum bagaikan senyumnya orang yang murka, kemudian bersabda:
"Kemarilah!" Saya mendatanginya sambil berjalan sehingga saya duduk
di hadapannya, kemudian beliau s.a.w. bertanya padaku: "Apakah yang
menyebabkan engkau tertinggal bukankah engkau telah membeli unta untuk
kendaraanmu?" Ka'ab berkata: "Saya lalu menjawab: Ya Rasulullah,
sesungguhnya saya, demi Allah, andaikata saya duduk di sisi selain Tuan dari
golongan ahli dunia, niscayalah saya berpendapat bahwa saya akan dapat keluar
dari kemurkaannya dengan mengemukakan
suatu alasan. Sebenarnya saya telah dikaruniai kepandaian dalam
bercakap-cakap. Tetapi saya ini, demi
Allah, pasti dapat mengerti bahwa andai kata saya memberitahukan kepada Tuan
dengan suatu ceritera bohong pada hari ini yang Tuan akan merasa rela dengan
ucapanku itu, namun sesungguhnya Allah hampir-hampir akan memurkai Tuan karena perbuatanku itu. Sebaliknya jikalau
saya memberitahukan kepada Tuan dengan ceritera yang sebenarnya yang dengan
demikian itu Tuan akan murka atas diriku dalam hal ini, sesungguhnya saya
hanyalah menginginkan keakhiran yang baik dari Allah 'Azzawajalla. Demi Allah,
saya tidak beruzur sedikitpun - sehingga tidak mengikuti peperangan itu. Demi
Allah, sama sekali saya belum merasakan bahwa saya lebih kuat dan lebih ringan
untuk mengikutinya itu, yakni di waktu
saya membelakang daripada Tuan -sehingga jadi tidak ikut berangkat." Ka'ab
berkata: "Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: Tentang orang ini, maka
pembicaraannya memang benar - tidak berdusta. Oleh sebab itu bolehlah engkau
berdiri sehingga Allah akan memberikan keputusannya tentang dirimu." Ada
beberapa orang dari golongan Bani Salimah yang berjalan mengikuti jejakku, mereka berkata: "Demi Allah, kita tidak
menganggap bahwa engkau telah pernah bersalah
dengan melakukan sesuatu dosapun sebelum saat ini. Engkau agaknya tidak
kuasa, mengapa engkau tidak mengemukakan
keuzuranmu saja kepada Rasulullah s.a.w. sebagaimana keuzuran yang dikemukakan oleh orang-orang
yang tertinggal yang lain-lain. Sebenarnya
bukankah telah mencukupi untuk menghilangkan dosamu itu jikalau
Rasulullah s.a.w. suka memohonkan mengampunan kepada Allah untukmu. Ka'ab
berkata: "Demi Allah, tidak henti-hentinya orang-orang itu
mengolok-olokkan diriku - karena menggunakan cara yang dilakukan sebagaimana
di atas yang telah terjadi itu -
sehingga saya sekali hendak kembali saja
kepada Rasulullah s.a.w. – untuk mengikuti cara
orang-orang Bani Salimah itu, agar saya mendustakan diriku sendiri.
Kemudian saya berkata kepada orang-orang
itu: "Apakah ada orang lain yang menemui peristiwa sebagaimana hal yang
saya temui itu?" Orang-orang itu menjawab: "Ya, ada dua orang yang
menemui keadaan seperti itu. Keduanya
berkata sebagaimana yang engkau katakan lalu terhadap keduanya itupun diucapkan - oleh Rasulullah
s.a.w. - sebagaimana kata-kata yang diucapkan
padamu." Ka'ab berkata:
"Siapakah kedua orang itu?" Orang-orang menjawab: "Mereka itu
ialah Murarah bin Rabi'ah al-'Amiri dan
Hilal bin Umayyah al-Waqifi." Ka'ab berkata: "Orang-orang itu
menyebut-nyebutkan di mukaku bahwa kedua orang itu adalah orang-orang shahih
dan juga benar-benar ikut menyaksikan peperangan Badar dan keduanya dapat
dijadikan sebagai contoh - dalam keberanian dan lain-lain." Ka'ab berkata: "Saya pun lalu terus
pergi di kala mereka telah selesai menyebut-nyebutkan tentang kedua orang
tersebut di atas di mukaku. Rasulullah s.a.w. melarang kita - kaum Muslimin -
untuk bercakap-cakap dengan ketiga orang di antara orang-orang yang sama
membelakang - tidak mengikuti perjalanan - beliau itu." Ka'ab berkata:
"Orang-orang sama menjauhi kita," dalam riwayat lain ia berkata:
"Orang-orang sama berubah sikap terhadap kita bertiga, sehingga dalam
jiwaku seolah-olah bumi ini tidak mengenal lagi akan diriku, maka seolah-olah
bumi ini adalah bukan bumi yang saya
kenal sebelumnya. Kita bertiga berhal demikian itu selama lima puluh malam
-dengan harinya. Adapun dua kawan saya, maka keduanya itu menetap saja dan
selalu duduk-duduk di rumahnya sambil menangis. Tentang saya sendiri, maka saya
adalah yang termuda di kalangan kita bertiga dan lebih tahan - mendapat-kan
ujian. Oleh sebab itu sayapun keluar
serta menyaksikan shalat jamaah bersama kaum Muslimin lain-lain dan juga suka berkeliling di pasar-pasar, tetapi tidak
seorangpun yang mengajak bicara padaku. Saya
pernah mendatangi Rasulullah s.a.w. dan mengucapkan salam padanya dan
beliau ada di majlisnya sehabis shalat, kemudian saya berkata dalam hatiku,
apakah beliau menggerakkan kedua bibirnya untuk menjawab salamku itu ataukah
tidak. Selanjutnya saya bersembahyang dekat sekali pada tempatnya itu dan saya
mengamat-amatinya dengan pandanganku. Jikalau
saya mulai mengerjakan shalat, beliau melihat padaku, tetapi jikalau
saya menoleh padanya, beliaupun lalu memalingkan mukanya dari pandanganku.
Demikian halnya, sehingga setelah terasa amat lama sekali penyeteruan kaum
Muslimin itu terhadap diriku, lalu saya berjalan sehingga saya menaiki dinding
muka dari rumah Abu Qatadah. Ia adalah
anak pamanku - jadi sepupunya - dan ia adalah orang yang tercinta bagiku di
antara semua orang. Saya memberikan salam padanya, tetapi demi Allah, ia tidak
menjawab salamku itu. Kemudian saya berkata kepadanya: "Hai Abu Qatadah,
saya hendak bertanya padamu karena
Allah, apakah engkau mengetahui bahwa saya ini mencintai Allah dan RasulNya
s.a.w.?" Ia diam saja, lalu saya ulangi lagi dan bertanya sekali iagi
padanya, iapun masih diam saja. Akhirnya saya ulangi lagi dan saya
menanyakannya sekali lagi, lalu ia berkata: "Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui tentang itu." Oleh sebab jawabnya ini, maka mengalirlah air
mataku dan saya meninggalkannya sehingga saya menaiki dinding rumah tadi. Di
kala saya berjalan di pasar kota, tiba-tiba ada seorang petani dari golongan
petani negeri Syam (Palestina), yaitu dari golongan orang-orang yang datang
dengan membawa makanan yang hendak dijualnya di Madinah, lalu orang itu
berkata: "Siapakah yang suka
menunjukkan, manakah yang bernama Ka'ab bin Malik." Orang-orang
lain sama menunjukkannya kearahku, sehingga orang itupun mendatangi tempatku,
kemudian menyerahkan sepucuk surat dari
raja Ghassan - yang beragama Kristen. Saya memang orang yang dapat menulis,
maka surat itupun saya baca, tiba-tiba isinya adalah sebagai berikut:
"Amma ba'd. Sebenarnya telah sampai berita pada kami bahwa sahabatmu –
yakni Muhammad s.a.w. - telah menyeterumu. Allah tidaklah menjadikan engkau
untuk menjadi orang hina di dunia ataupun orang yang dihilangkan hak-haknya.
Maka dari itu susullah kami - maksudnya datanglah di tempat kami - maka kami
akan menggembirakan hatimu."
Kemudian saya berkata setelah selesai membacanya itu: "Ah, inipun
juga termasuk bencana pula," lalu saya menuju ke dapur dengan membawa
surat tadi kemudian saya membakarnya. Selanjutnya setelah lepas waktu selama
empatpuluh hari dari jumlah limapuluh hari, sedang waktu agak terlambat
datangnya tiba-tiba datanglah di tempatku
seorang utusan dari Rasulullah s.a.w., terus berkata: "Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w.memerintahkan padamu supaya engkau menyendirikan
isterimu." Saya bertanya: "Apakah saya harus menceraikannya ataukah
apa yang harus saya lakukan?" Ia berkata: "Tidak usah menceraikan, tetapi menyendirilah
daripadanya, jadi jangan sekali-kali engkau
mendekatinya." Rasulullah s.a.w. juga mengirimkan utusan kepada
kedua sahabat saya - yang senasib di atas - sebagaimana yang dikirimkannya
padaku. Oleh sebab itu lalu saya berkata pada isteriku: "Susullah dulu
keluargamu - maksudnya pergilah ke tempat kedua orang tuamu. Beradalah di sisi
mereka sehingga Allah akan menentukan bagaimana
kelanjutan peristiwa ini." Isteri Hilal bin Umayyah mendatangi
Rasulullah s.a.w., lalu berkata pada beliau: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah
itu seorang yang amat tua dan hanya sebatang
kara, tidak mempunyai pelayan juga. Apakah Tuan juga tidak senang andaikata
saya tetap melayaninya?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak, tetapi
jangan sekali-kali ia mendekatimu -jangan berkumpul seketiduran denganmu."
Isterinya berkata lagi: "Sesungguhnya Hilal itu demi Allah, sudah tidak
mempunyai gerak samasekali pada sesuatupun dan demi Allah, ia senantiasa
menangis sejak terjadinya peristiwa itu sampai pada hari ini." Sebagian
keluargaku berkata padaku: "Alangkah baiknya sekiranya engkau meminta izin
kepada Rasulullah s.a.w. dalam persoalan isterimu itu. Rasulullah s.a.w. juga
telah mengizinkan kepada isteri Hilal bin Umayyah untuk tetap
melayaninya." Saya berkata: "Saya
tidak akan meminta izin untuk isteriku itu kepada Rasulullah s.a.w.,
saya pun tidak tahu bagaimana nanti yang
akan diucapkan oleh Rasulullah s.a.w. sekiranya saya meminta izin pada beliau
perihal isteriku itu - yakni supaya boleh tetap melayani diriku? Saya adalah
seorang yang masih muda." Saya tetap berkeadaan sebagaimana di atas itu -
tanpa isteri - selama sepuluh malam dengan harinya sekali maka telah genaplah
jumlahnya menjadi lima puluh hari sejak
kaum Muslimin dilarang bercakap-cakap dengan kita. Selanjutnya saya
bersembahyang Subuh pada pagi hari kelima puluh itu di muka rumah dari salah
satu rumah keluarga kami. Kemudian di kala saya sedang duduk dalam keadaan yang disebutkan oleh Allah Ta'ala
perihal diri kita itu - yakni ketika kami bertiga sedang dikucilkan, jiwaku terasa amat sempit
sedang bumi yang luas terasa amat kecil, tiba- tiba saya mendengar suara
teriakan seseorang yang berada di atas gunung Sala' – sebuah gunung di Madinah,
ia berkata dengan suaranya yang amat keras: "Hai Ka'ab bin Malik,
bergembiralah." Segera setelah mendengar itu, sayapun bersujud - syukur -
dan saya meyakinkan bahwa telah ada kelapangan yang datang untukku. Rasulullah
s.a.w. telah memberitahukan pada orang-orang banyak bahwa taubat kita bertiga
telah diterima oleh Allah 'Azzawajalla, yaitu di waktu beliau bersembahyang
Subuh. Maka orang-orangpun menyampaikan berita gembira itu pada kita dan
ada pula pembawa-pembawa kegembiraan
itu yang mendatangi kedua sahabatku - yang senasib.
Ada seorang yang dengan cepat-cepat melarikan kudanya serta bergegas-gegas
menuju ke tempatku dari golongan Aslam -
namanya Hamzah bin Umar al-Aslami. Ia menaiki gunung dan suaranya itu
kiranya lebih cepat terdengar olehku daripada datangnya kuda itu sendiri.
Setelah dia datang padaku yakni orang yang kudengar suaranya tadi, iapun
memberikan berita gembira padaku, kemudian saya melepaskan kedua bajuku dan
saya berikan kepadanya untuk dipakai, sebagai hadiah dari berita gembira yang
disampaikannya itu. Demi Allah, saya tidak mempunyai pakaian selain keduanya
tadi pada hari itu. Maka sayapun meminjam dua buah baju - dari orang lain - dan
saya kenakan lalu berangkat menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Orang-orang sama
menyambut kedatanganku itu sekelompok demi sekelompok menyatakan ikut gembira padaku sebab taubatku yang
telah diterima. Mereka berkata:
"Semoga gembiralah hatimu
karena Allah telah menerima
taubatmu itu." Demikian
akhirnya saya memasuki masjid, di
situ Rasulullah s.a.w. sedang duduk dan di sekelilingnya ada beberapa orang.
Thalhah bin Ubaidullah r.a. lalu berdiri cepat-cepat kemudian menjabat tanganku
dan menyatakan ikut gembira atas diriku. Demi Allah tidak ada seorangpun dari
golongan kaum Muhajirin yang berdiri selain Thalhah itu. Oleh sebab itu Ka'ab
tidak akan melupakan peristiwa itu untuk Thalhah. Ka'ab
berkata: "Ketika saya
mengucapkan salam kepada Rasulullah s.a.w.
beliau tampak berseri-seri
wajahnya karena gembiranya lalu
bersabda: "Bergembiralah dengan datangnya suatu hari baik yang pernah
engkau alami sejak engkau dilahirkan oleh ibumu. "Saya bertanya:
"Apakah itu datangnya dari sisi Tuan sendiri ya Rasulullah, ataukah dari
sisi Allah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak dari aku sendiri, tetapi
memang dari Allah 'Azzawajalla". Rasulullah s.a.w. itu apabila gembira
hatinya, maka wajahnya pun bersinar indah,seolah-olah wajahnya itu adalah
sepenuh bulan, kita semua mengetahui hal itu. Setelah saya duduk di hadapannya,
saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya untuk menyatakan taubatku
itu ialah saya hendak melepaskan sebagian hartaku sebagai sedekah kepada Allah
dan RasulNya." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tahanlah untukmu sendiri
sebagian dari harta-hartamu itu, sebab yang sedemikian itu adalah lebih
baik." Saya menjawab: "Sebenarnya saya telah menahan bagianku yang
ada di tanah Khaibar." Selanjutnya
saya meneruskan: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menyelamatkan
diriku dengan jalan berkata benar, maka sebagai tanda taubatku pula ialah bahwa
saya tidak akan berkata kecuali yang sebenarnya saja selama kehidupanku yang
masih tertinggal." Demi Allah, belum pernah saya melihat seseorangpun dari
kalangan kaum Muslimin yang diberi cobaan oleh Allah Ta'ala dengan sebab
kebenaran kata-kata yang diucapkan, sejak saya menyebutkan hal itu kepada
Rasulullah s.a.w. yang jadinya lebih baik dari yang telah dicobakan oleh Allah
Ta'ala pada diriku sendiri. Demi Allah, saya tidak bermaksud akan berdusta sedikitpun sejak saya mengatakan itu
kepada Rasulullah s.a.w. sampai pada hariku
ini dan sesungguhnya sayapun mengharapkan agar Allah Ta'ala senantiasa
melindungi diriku dari kedustaan itu
dalam kehidupan yang masih tertinggal untukku."
Ka'ab berkata;
"Kemudian Allah Ta'ala menurunkan wahyu yang artinya: "Sesungguhnya
Allah telah menerima taubatnya Nabi, kaum Muhajirin dan Anshar yang
mengikutinya - ikut berperang – dalam masa kesulitan - sampai di firmanNya yang
berarti6; Sesungguhnya Allah itu adalah Maha Penyantun lagi Penyayang kepada
mereka. Juga Allah telah menerima taubat tiga orang yang ditinggalkan di belakang, sehingga terasa sempitlah bagi
mereka bumi yang terbentang luas ini - sampai di firmanNya yang berarti -
Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama orang-orang yang
benar."
(at-Taubah: 117-119)
Ka'ab berkata: "Demi Allah, belum pernah Allah mengaruniakan
kenikmatan padaku sama sekali setelah
saya memperoleh petunjuk dari Allah untuk memeluk Agama Islam ini, yang
kenikmatan itu lebih besar dalam perasaan jiwaku, melebihi perkataan benarku
yang saya sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., sebab saya tidak mendustainya,
sehingga andaikata demikian tentulah saya akan rusak sebagaimana kerusakan yang
dialami oleh orang-orang yang berdusta -
maksudnya ialah kerusakan agama bagi dirinya, akhlak dan lain-lain.
Sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada orang-orang yang berdusta
ketika diturunkannya wahyu, yaitu suatu kata-kata terburuk yang pernah
diucapkan kepada seseorang. Allah Ta'ala
berfirman yang artinya: "Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah,
ketika engkau kembali kepada mereka, supaya engkau dapat membiarkan mereka.
Sebab itu berpalinglah dari mereka itu, sesungguhnya mereka itu kotor dan tempatnya
adalah neraka Jahanam, sebagai pembalasan dari apa yang merekalakukan. Mereka
bersumpah kepadamu supaya engkau merasa senang kepada mereka, tetapi biarpun engkau merasa senang kepada mereka, namun Allah
tidak senang kepada kaum yang fasik itu." (at-Taubah: 95-96) Ka'ab berkata: "Kita semua bertiga
ditinggalkan, sehingga tidak termasuk dalam
urusan golongan orang-orang yang diterima oleh Rasulullah s.a.w. perihal
alasan-alasan mereka itu, yaitu ketika mereka juga bersumpah padanya, lalu
memberikan janji-janji kepada mereka supaya setia dan memohonkan pengampunan
untuk mereka pula. Rasulullah s.a.w. telah mengakhirkan urusan kita bertiga itu
sehingga Allah memberikan keputusan dalam
peristiwa tersebut." Allah Ta'ala berfirman: "Dan juga kepada
tiga orang yang ditinggalkan." Bukannya yang disebutkan di situ yaitu
dengan firmanNya "Tiga orang yang ditinggalkan dimaksudkan kita
membelakang dari peperangan, tetapi Rasulullah s.a.w. yang meninggalkan kita
bertiga tadi dan menunda urusan kita, dengan tujuan untuk memisahkan dari
orang-orang yang bersumpah dan mengemukakan alasan-alasan padanya, kemudian
menyarmpikan masing-masing keuzurannya dan selanjutnya beliau s.a.w., menerima
alasan-alasan mereka tersebut."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah
s.a.w. keluar untuk berangkat ke peperangan Tabuk pada hari Khamis dan memang
beliau s.a.w. suka sekali kalau keluar pada hari Kamis itu."
Dalam riwayat lain disebutkan pula:
"Beliau s.a.w. tidak datang dari sesuatu perjalanan melainkan
di waktu siang di dalam saat dhuhadan jikalau beliau s.a.w. telah datang, maka
lebih dulu masuk ke dalam masjid, kemudian bersembahyang dua rakaat lalu duduk
di dalamnya."
22- وَعَنْ أبي نُجَيْد بِضَم النُّونِ وَفَتْح الْجيِمِ عِمْرانَ بْنِ
الحُصيْنِ الخُزاعيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرأَةً مِنْ جُهينةَ أَتَت رَسُولَ
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهِيَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَا ، فقَالَتْ : يَا
رسول الله أَصَبْتُ حَدّاً فأَقِمْهُ عَلَيَّ ، فَدَعَا نَبِيُّ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم وَليَّهَا فَقَالَ : أَحْسِنْ إِليْهَا ، فَإِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنِي فَفَعَلَ
فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَشُدَّتْ عَلَيْهَا
ثِيَابُها ، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فرُجِمتْ ، ثُمَّ صلَّى عَلَيْهَا . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ
: تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ ، قَالَ : لَقَدْ تَابَتْ
تَوْبةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْن سبْعِينَ مِنْ أَهْلِ المدِينَةِ لوسعتهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ
أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنفْسهَا للَّهِ عَزَّ وجَل؟،" رواه مسلم .
22. Dari Abu Nujaid (dengan dhammahnya nun dan fathahnya jim) yaitu
lmranbin Hushain al-Khuza'i r.a.
ada seorang wanita dari suku Juhainah mendatangi Rasulullah s.a.w.
dan ia sedang dalam keadaan hamil karena
perbuatan zina. Kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah, saya telah melakukan
sesuatu perbuatan yang harus dikenakan
had - hukuman - maka tegakkanlah had itu atas diriku." Nabiullah s.a.w.
lalu memanggil wali wanita itu lalu
bersabda: "Berbuat baiklah kepada wanita ini dan apabila telah melahirkan
- kandungannya, maka datanglah padaku dengan membawanya." Wali tersebut
melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bayinya lahir - lalu beliau
s.a.w. memerintahkan untuk memberi
hukuman, wanita itu diikatlah pada pakaiannya, kemudian dirajamlah. Selanjutnya
beliau s.a.w. menyembahyangi jenazahnya. Umar berkata pada beliau: "Apakah
Tuan menyembahyangi jenazahnya, ya Rasulullah, sedangkan ia telah
berzina?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ia telah bertaubat benar-benar,
andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuhpuluh orang dari penduduk
Madinah, pasti masih mencukupi. Adakah pernah engkau menemukan seseorang yang
lebih utama dari orang yang suka mendermakan jiwanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah
'Azzawajalla."
(Riwayat Muslim)
23- وَعَنِ ابْنِ عَبَّاس وأنس بن مالك رَضِي الله عنْهُم أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : " لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِياً
مِنْ ذَهَبِ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وادِيانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ
، وَيَتُوب اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ " مُتَّفَقٌ عَليْهِ .
23. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik r.a.
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata seorang anak
Adam - yakni manusia - itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan
memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah –
yaitu setelah mati - dan
Allah menerima taubat kepada orang yang bertaubat."
(Muttafaq 'alaih)
24- وَعَنْ أبي
هريرة رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ
: " يَضْحكُ اللَّهُ سبْحَانُه وتَعَالَى إِلَى رَجُلَيْنِ يقْتُلُ أحدُهُمَا
الآخَرَ يدْخُلاَنِ الجَنَّة ، يُقَاتِلُ هَذَا في سبيلِ اللَّهِ فيُقْتل ، ثُمَّ يَتُوبُ
اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيسْلِمُ فيستشهدُ " مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
24. Dan dari Abu Hurairah r.a.
Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Allah Subhanahu wa Ta'ala tertawa - merasa senang - kepada
dua orang yang seorang membunuh pada lainnya, kemudian keduanya dapat memasuki
syurga. Yang seorang itu berperang fisabilillah kemudian ia dibunuh,
selanjutnya Allah menerima taubat atas orang yang membunuhnya tadi, kemudian ia
masuk Islam dan selanjutnya dibunuh pula sebagai seorang syahid."
(Muttafaq 'alaih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar