Assalamu'alaiku.
Baik kali ini kami akan membagikan tentang SABAR. Dan isnya allah nanti selanjutnya kami akan bahas yang lain nya lagi. Semoga bermanfaat buat kalian semua khusus nya bagi yang sudah mampir ke blog saya. Terimakasih
Bab 3
Sabar
3- باب الصبر
قال اللَّه تعالى : { يا أيها الذين آمنوا اصبروا وصابروا } .
Allah
Ta'ala berfirman:
Hai
sekalian orang yang beriman, bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu."
(ali-lmran:
200)
وقال تعالى : { ولنبلونكم بشيء مِنْ الخوف والجوع ونقص مِنْ الأموال والأنفس
والثمرات، وبشر الصابرين } .
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua
seperti ketakutan,ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian
sampaikaniah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
(al-Baqarah:
155)
وقال تعالى : { إنما
يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب } .
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi
pahala mereka dengan tiada hitungannya -
karena amat banyaknya."
(az-Zumar:
10)
وقال تعالى: { ولمن
صبر وغفر إن ذلك لمن عزم الأمور } .
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang
demikian itu niscayalah termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang
teguh."
(as-Syura:
43)
وقال تعالى: { استعينوا
بالصبر والصلاة إن اللَّه مع الصابرين } .
(al-Baqarah: 153)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
وقال تعالى: { ولنبلونكم
حتى نعلم المجاهدين مِنْكم والصابرين } .
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami hendak menguji kepadamu semua, sehingga
Kami dapat mengetahui siapa di antara
engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang
bersabar."
(Muhammad:
31)
والآيات في الأمر
بالصبر وبيان فضله كثيرة معروفة.
Ayat-ayat
yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar
itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.
25- وعن أبي مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ عَاصِم الأشْعريِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " الطُّهُورُ
شَطْرُ الإِيمَان ، وَالْحَمْدُ للَّه تَمْلأَ الْميزانَ وسُبْحَانَ الله والحَمْدُ
للَّه تَمْلآنِ أَوْ تَمْلأ مَا بَيْنَ السَّموَات وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةِ نورٌ ،
والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ ، والْقُرْآنُ حُجَّةُ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
. كُلُّ النَّاس يَغْدُو، فَبِائِعٌ نَفْسَهُ فمُعْتِقُها ، أَوْ مُوبِقُهَا"
رواه مسلم .
25.
Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu
memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau
mengisi penuh apa-apa yang ada di antara
langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah sebagai tanda -
keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran
adalah hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan
menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu
- jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar
larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual
dirinya - kepada Allah - berarti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa
Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula - karena tidak menginginkan keridhaan Allah
Ta'ala."
(Riwayat Muslim)
26- وَعَنْ أبي سَعيدٍ بْن مَالِك بْن سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا أَنَّ نَاساً مِنَ الأنصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم فأَعْطاهُم ، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ، حَتَّى نَفِد مَا عِنْدَهُ ،
فَقَالَ لَهُمْ حِينَ أَنَفَقَ كُلَّ شَيْءٍ بِيَدِهِ : " مَا يَكُنْ مِنْ خَيْرٍ
فَلَنْ أدَّخِرَهُ عَنْكُمْ ، وَمَنْ يسْتعْفِفْ يُعِفَّهُ الله وَمَنْ يَسْتَغْنِ
يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ . وَمَا أُعْطِىَ أَحَدٌ
عَطَاءً خَيْراً وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ " مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
26. Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri
r.a.
bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah -
kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu,
kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah
harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu
dengan tangannya itu beliau bersabda: "Apa saja kebaikan - yakni
harta - yang ada di sisiku, maka tidak
sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh
sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang
menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki
kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi
kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar
maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai
suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya – daripada
karunia kesabaran itu."
(Muttafaq 'alaih)
27- وَعَنْ أبي يَحْيَى صُهَيْبِ بْنِ سِنَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : "عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ
إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ للْمُؤْمِن
: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ " رواه مسلم .
27. Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu,
sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan
kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya
untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup,
iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh
kesukaran - yakni yang merupakan bencana – iapun bersabar dan hal inipun adalah
merupakan kebaikan baginya."
(Riwayat
Muslim)
28- وعنْ أَنسٍ رضِيَ الله عنْهُ قَالَ : لمَّا ثقُلَ النَّبِيُّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم جَعَلَ يتغشَّاهُ الكرْبُ فقَالتْ فاطِمَةُ رَضِيَ الله عنْهَا
: واكَرْبَ أبَتَاهُ ، فَقَالَ : " ليْسَ عَلَى أبيك كرْبٌ بعْدَ اليَوْمِ
" فلمَّا مَاتَ قالَتْ : يَا أبتَاهُ أَجَابَ ربّاً دعَاهُ ، يا أبتَاهُ جنَّةُ
الفِرْدَوْسِ مأوَاهُ ، يَا أَبَتَاهُ إِلَى جبْريلَ نْنعَاهُ ، فلَمَّا دُفنَ قالتْ
فاطِمَةُ رَضِيَ الله عَنهَا : أطَابتْ أنفسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رسُول الله صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم التُّرابَ ؟ روَاهُ البُخاريُّ .
28.
Dari Anas r.a. katanya:
"Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliaupun
diliputi oleh kedukaan - karena
menghadapi sakratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu 'anha berkata: ''Aduhai
kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini." Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat,
Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan
Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda,
kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya." Kemudian setelah beliau
dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai Anas, mengapa
hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah
s.a.w itu?" Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada
beliau s.a.w. itu tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi
makam Rasulullah s.a.w. dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu
'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan
tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat
demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau s.a.w.
sendiri."
(Riwayat Bukhari)
29- وعنْ أبي زيْد أُسامَة بن زيد حَارثَةَ موْلَى رسُول الله صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وحبَّهِ وابْنِ حبِّهِ رضِيَ الله عنهُمَا ، قالَ : أَرْسلَتْ
بنْتُ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : إنَّ ابْنِي قَدِ احتُضِرَ فاشْهدْنَا
، فأَرسَلَ يقْرِئُ السَّلامَ ويَقُول : " إن للَّه مَا أَخَذَ ، ولهُ مَا أعْطَى
، وكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بأجَلٍ مُسمَّى ، فلتصْبِر ولتحْتسبْ " فأرسَلَتْ إِليْهِ
تُقْسمُ عَلَيْهِ ليأْتينَّها. فَقَامَ وَمَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبادَةَ، وَمُعَاذُ ابْنُ
جَبَلٍ ، وَأُبَيُّ بْنَ كَعْبٍ ، وَزَيْدُ بْنِ ثاَبِتٍ ، وَرِجَالٌ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ ، فَرُفِعَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الصبيُّ ،
فأقعَدَهُ في حِجْرِهِ ونَفْسُهُ تَقعْقعُ ، فَفَاضتْ عَيْناهُ ، فقالَ سعْدٌ : يَا
رسُولَ الله مَا هَذَا ؟ فقالَ: " هَذِهِ رَحْمةٌ جعلَهَا اللَّهُ تعَلَى في قُلُوبِ
عِبَادِهِ " وفي روِايةٍ : " في قُلُوبِ منْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا
يَرْحَمُ اللَّهُ منْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ " مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
وَمَعْنَى " تَقَعْقَعُ " : تَتحَرَّكُ وتَضْطَربُ .
29. Dari Abu Zaid, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah, sahaya
Rasulullah s.a.w. serta kekasihnya serta putera kekasihnya pula radhiallahu
'anhuma, katanya:
"Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita kepada Nabi s.a.w.
-bahwa anakku sudah hampir meninggal dunia, maka dari itu diminta supaya
menyaksikan keadaan kita." Kita: yakni yang akan meninggal serta yang sedang
menungguinya. Beliau lalu mengirimkan kabar sambil menyampaikan salam, katanya: "Sesungguhnya bagi Allah
adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa yang Dia berikan dan segala
sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang telah ditentukan, maka
hendaklah bersabar dan berniat mencari keridhaan Allah." Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita lagi
serta bersumpah nadanya supaya beliau
suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau s.a.w. lalu berdiri
dan disertai oleh Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid
bin Tsabit dan beberapa orang lelaki
lain radhiallahu 'anhum. Anak kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah
s.a.w., kemudian diletakkannya di atas pangkuannya sedang nafas anak itu
terengah-engah. Kemudian melelehlah airmata dari kedua mata beliau s.a.w. itu.
Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Airmata ini adalah sebagai kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati
para hambaNya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja
yang disukai olehNya daripada hambaNya. Hanya saja Allah itu merah-mati dari
golongan hamba-hambaNya yakni orang- orang yang menaruh belas kasihan - pada
sesamanya."
(Muttafaq 'alaih)
Makna Taqa'qa'u ialah bergerak dan bergoncang keras
(berdebar-debar).
30- وَعَنْ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : " كَانَ مَلِكٌ فيِمَنْ كَانَ قبْلَكُمْ، وَكَانَ
لَهُ سَاحِرٌ ، فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِك : إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابعَثْ إِلَيَّ
غُلاَماً أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ ، فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَماً يعَلِّمُهُ ، وَكَانَ
في طَريقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ، فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمهُ فأَعْجَبهُ
، وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بالرَّاهِب وَقَعَدَ إِلَيْه ، فَإِذَا أَتَى
السَّاحِرَ ضَرَبَهُ ، فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فقال : إِذَا خَشِيتَ السَّاحِر
فَقُلْ : حبَسَنِي أَهْلي ، وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحرُ
.
فَبيْنَمَا هُو عَلَى ذَلِكَ إذْ أتَى عَلَى دابَّةٍ عظِيمَة قدْ حَبَسَت
النَّاس فقال : اليوْمَ أعْلَمُ السَّاحِرُ أفْضَل أم الرَّاهبُ أفْضلَ ؟ فأخَذَ حجَراً
فقالَ : اللهُمَّ إنْ كان أمْرُ الرَّاهب أحَبَّ إلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فاقتُلْ
هَذِهِ الدَّابَّة حتَّى يمْضِيَ النَّاسُ ، فرَماها فقتَلَها ومَضى النَّاسُ، فأتَى
الرَّاهب فأخبَرهُ . فقال لهُ الرَّاهبُ : أىْ بُنيَّ أَنْتَ اليوْمَ أفْضلُ منِّي
، قدْ بلَغَ مِنْ أمْركَ مَا أَرَى ، وإِنَّكَ ستُبْتَلَى ، فإنِ ابْتُليتَ فَلاَ تدُلَّ
عليَّ ، وكانَ الغُلامُ يبْرئُ الأكْمةَ والأبرصَ ، ويدَاوي النَّاس مِنْ سائِرِ الأدوَاءِ
. فَسَمعَ جلِيسٌ للملِكِ كانَ قدْ عمِىَ، فأتَاهُ بهداياَ كثيرَةٍ فقال : ما ههُنَا
لك أجْمَعُ إنْ أنْتَ شفَيْتني ، فقال إنِّي لا أشفِي أحَداً، إِنَّمَا يشْفِي الله
تعَالى، فإنْ آمنْتَ بِاللَّهِ تعَالَى دعوْتُ الله فشَفاكَ ، فآمَنَ باللَّه تعَالى
فشفَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ، فأتَى المَلِكَ فجَلَس إليْهِ كما كانَ يجْلِسُ فقالَ لَهُ
المَلكُ : منْ ردَّ علَيْك بصَرك؟ قال : ربِّي . قَالَ: ولكَ ربٌّ غيْرِي ؟، قَالَ
: رَبِّي وربُّكَ الله ، فأَخَذَهُ فلَمْ يزلْ يُعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الغُلاَمِ
فجئَ بِالغُلاَمِ ، فقال لهُ المَلكُ : أىْ بُنَيَّ قدْ بَلَغَ منْ سِحْرِك مَا تبْرئُ
الأكمَهَ والأبرَصَ وتَفْعلُ وَتفْعَلُ فقالَ : إِنَّي لا أشْفي أَحَداً ، إنَّما يشْفي
الله تَعَالَى، فأخَذَهُ فَلَمْ يزَلْ يعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الرَّاهبِ ، فجِئ
بالرَّاهِبِ فقيل لَهُ : ارجَعْ عنْ دِينكَ، فأبَى ، فدَعا بالمنْشَار فوُضِع المنْشَارُ
في مفْرقِ رأْسِهِ، فشقَّهُ حتَّى وقَعَ شقَّاهُ ، ثُمَّ جِئ بجَلِيسِ المَلكِ فقِلَ
لَهُ : ارجِعْ عنْ دينِكَ فأبَى ، فوُضِعَ المنْشَارُ في مفْرِقِ رَأسِهِ ، فشقَّهُ
به حتَّى وقَع شقَّاهُ ، ثُمَّ جئ بالغُلامِ فقِيل لَهُ : ارجِعْ عنْ دينِكَ ، فأبَى
، فدَفعَهُ إِلَى نَفَرٍ منْ أصْحابِهِ فقال : اذهبُوا بِهِ إِلَى جبَلِ كَذَا وكذَا
فاصعدُوا بِهِ الجبلَ ، فإذَا بلغتُمْ ذروتهُ فإنْ رجعَ عنْ دينِهِ وإِلاَّ فاطرَحوهُ
فذهبُوا به فصعدُوا بهِ الجَبَل فقال : اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شئْت ، فرجَف بِهمُ
الجَبَلُ فسَقطُوا ، وجَاءَ يمْشي إِلَى المَلِكِ ، فقالَ لَهُ المَلكُ : ما فَعَلَ
أَصحَابكَ ؟ فقالَ : كفانيهِمُ الله تعالَى ، فدفعَهُ إِلَى نَفَرَ منْ أصْحَابِهِ
فقال : اذهبُوا بِهِ فاحملُوه في قُرقُور وَتَوسَّطُوا بِهِ البحْرَ ، فإنْ رَجَعَ
عنْ دينِهِ وإلاَّ فَاقْذفُوهُ ، فذَهبُوا بِهِ فقال : اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شِئْت
، فانكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفينةُ فغرِقوا ، وجَاءَ يمْشِي إِلَى المَلِك . فقالَ لَهُ
الملِكُ : ما فَعَلَ أَصحَابكَ ؟ فقال : كفانِيهمُ الله تعالَى . فقالَ للمَلِكِ إنَّك
لسْتَ بقَاتِلِي حتَّى تفْعلَ ما آمُركَ بِهِ . قال : ما هُوَ ؟ قال : تجْمَعُ النَّاس
في صَعيدٍ واحدٍ ، وتصلُبُني عَلَى جذْعٍ ، ثُمَّ خُذ سهْماً مِنْ كنَانتِي ، ثُمَّ
ضعِ السَّهْمِ في كَبدِ القَوْسِ ثُمَّ قُل : بسْمِ اللَّهِ ربِّ الغُلاَمِ ثُمَّ ارمِنِي
، فإنَّكَ إذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتنِي . فجَمَع النَّاس في صَعيدٍ واحِدٍ ، وصلَبَهُ
عَلَى جذْعٍ ، ثُمَّ أَخَذَ سهْماً منْ كنَانَتِهِ ، ثُمَّ وضَعَ السَّهمَ في كبِدِ
القَوْسِ، ثُمَّ قَالَ : بِسْم اللَّهِ رَبِّ الغُلامِ ، ثُمَّ رمَاهُ فَوقَعَ السَّهمُ
في صُدْغِهِ ، فَوضَعَ يدَهُ في صُدْغِهِ فمَاتَ . فقَالَ النَّاسُ : آمَنَّا بِرَبِّ
الغُلاَمِ ، فَأُتِىَ المَلكُ فَقِيلُ لَهُ : أَرَأَيْت ما كُنْت تحْذَر قَدْ وَاللَّه
نَزَلَ بِك حَذرُكَ . قدْ آمنَ النَّاسُ . فأَمَرَ بِالأخدُودِ بأفْوَاهِ السِّكك فخُدَّتَ
وَأضْرِمَ فِيها النيرانُ وقالَ : مَنْ لَمْ يرْجَعْ عنْ دينِهِ فأقْحمُوهُ فِيهَا
أوْ قيلَ لَهُ : اقْتَحمْ ، ففعَلُوا حتَّى جَاءتِ امرَأَةٌ ومعَهَا صَبِيٌّ لهَا ،
فَتقَاعَسَت أنْ تَقعَ فِيهَا ، فقال لَهَا الغُلاَمُ : يا أمَّاهْ اصبِرِي فَإِنَّكَ
عَلَي الحَقِّ " روَاهُ مُسْلَمٌ .
"
ذرْوةُ الجَبلِ " : أعْلاهُ ، وَهي بكَسْر الذَّال المعْجمَة
وضمها و " القُرْقورُ " بضَمِّ القَافَيْن : نوْعٌ منْ السُّفُن و
" الصَّعِيدُ " هُنا : الأرضُ البارزَةُ و "الأخْدُودُ": الشُّقوقُ
في الأرْضِ كالنَّهْرِ الصَّغيرِ و " أُضرِمَ " أوقدَ " وانكفَأَت"
أي : انقلبَتْ و " تقاعسَت " توقَّفتْ وجبُنتْ .
30. Dari Shuhaib r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dahulu ada seorang raja dari golongan ummat yang sebelum
engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata
kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan
saya beri pelajaran ilmu sihir." Kemudian raja itu mengirimkan padanya
seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya apabila seseorang
rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun duduklah padanya dan
mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila
ia telah datang
di tempat penyihir - yakni dari
pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ - untuk mendengarkan
ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya apabila dating di
tempat penyihir, iapun dipukul olehnya -
karena kelambatandatangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak
itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah
bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada keluargamu,
maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir." Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan
yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor
binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak - untuk berlalu di
jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui,
apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?"
Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila
perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka
bunuhlah binatang ini sehingga orang- orang banyak dapat berlalu."
Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun
berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan
memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku,
engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai
di suatu tingkat yang saya sendiri dapat
memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk
kepadaku." Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit
lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu
didengar oleh kawan seduduk - yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi
buta. Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak
jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi
milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka
jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah,
semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah
menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana
duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian
bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?"
Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab:
"Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain
lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah
Allah." Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus
diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang
menyebabkan kesembuhannya. Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya:
"Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan
orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat
pula melakukan itu." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan seseorangpun, hanyasanya
Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan
terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta.
Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari
agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih
menyembah raja dan patung- patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya.
Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di
tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala
tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan:
"Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan menuruti perintahnya.
Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya,
sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak itu.
Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak
ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu
berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah
dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau
semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari
agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia
dari atas gunung itu." Sahabat- sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian
menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari
orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras
dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat
raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia
menjawab: "Allah Ta'ala telah
melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada
sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan
membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah lautan.
Jikalau ia kembali dari agamanya - maka
lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama
pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari
orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak
itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang
dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah
melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada
raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa
yang kuperintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab:
"Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan
saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku
ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:
"Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah
itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan
semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku." Raja mengumpulkan semua orang di
suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil
sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur,
terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini." Anak panah dilemparkan
dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan
tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia. Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata:
"Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan
kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan?
Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya.
Orang-orang semuanya telah beriman." Raja memerintahkan supaya orang-orang
itu digiring di celah-celah bumi – yang bertebing dua kanan-kiri - yaitu di
pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan api di situ, Ia
berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah
ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan
dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu -
sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang
wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak
menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya
itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu adalah menetapi atas
kebenaran."
(Riwayat Muslim)
Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan
kasrahnya dzal mu'jamah atau dhammahnya.
Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalahsuatu macam dari golongan
perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit). Alukhduud ialah
beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil. Adhrama artinya menyalakan.
Inkafa-at artinya berubah. Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju
dan pula merasa ketakutan.
31- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : مَرَّ النَّبِيُّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَال : "اتَّقِي
الله وَاصْبِرِي " فَقَالَتْ : إِلَيْكَ عَنِّي ، فَإِنِّكَ لَمْ تُصَبْ بمُصِيبتى،
وَلَمْ تعْرفْهُ ، فَقيلَ لَها : إِنَّه النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ،
فَأَتتْ بَابَ النَّبِّي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فلَمْ تَجِد عِنْدَهُ بَوَّابينَ
، فَقالتْ : لَمْ أَعْرِفْكَ ، فقالَ : " إِنَّما الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ
الأولَى " متفقٌ عليه.
وفي رواية لمُسْلمٍ : " تَبْكِي عَلَى صَبيٍّ لَهَا " .
31. Dari Anas r.a., katanya:
"Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang sedang
menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah
dan bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah
daripadaku, karena Tuan tidak terkena
mushibah sebagaimana yang
mengenai diriku dan
Tuan tidak mengetahui mushibah
apa itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa
yang diajak bicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi
s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita
itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan
pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hanyasanya
bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak
kecilnya - yang mati."
32- وَعَنْ أبي
هَرَيرَةَ رَضي اللَّه عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ
: " يَقولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي المُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا
قَبضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبهُ إِلاَّ الجَنَّة
" رواه البخاري .
32. Dari Abu Hurairah r.a.
Rasululiah s.a.w. bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada balasan bagi
seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil - mematikan -
kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan
syurga."
(Riwayat Bukhari)
33- وعَنْ عائشَةَ
رضي اللَّهُ عنها أنَهَا سَأَلَتْ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَن الطَّاعونِ
، فَأَخبَرَهَا أَنَهُ كَانَ عَذَاباً يَبْعَثُهُ اللَّه تعالى عَلَى منْ يَشَاءُ ،
فَجَعَلَهُ اللَّهُ تعالَى رحْمةً للْمُؤْمنِينَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ في
الطَّاعُون فَيَمْكُثُ في بلَدِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ
إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
" رواه البخاري .
33. Dari Aisyah radhiallahu 'anha,
bahwasanya ia bertanya kepada Rasululiah s.a.w. perihal penyakit
taun, lalu beliau memberi-tahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah
Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki
olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala
kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun,
kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah
serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala
orang yang mati syahid."
(Riwayat Bukhari)
34- وعَنْ أَنسٍ رضي اللَّه عنه قال : سَمِعْتُ رسول اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : " إنَّ اللَّه عَزَّ وجَلَّ قَالَ : إِذَا ابْتَلَيْتُ
عَبدِي بحبيبتَيْهِ فَصبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجنَّةَ " يُريدُ عينيْه
، رواه البخاريُّ .
34. Dari Anas r.a., katanya:
"Saya mendengar Rasululiah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman: "Jikalau Aku
memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya - yakni menjadi
buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga karena
kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu."
(Riwayat Bukhari)
35- وعنْ عطاءِ بْن أَبي رَباحٍ قالَ : قالَ لِي ابْنُ عبَّاسٍ رضي
اللَّهُ عنهُمَا ألا أريكَ امْرَأَةً مِن أَهْلِ الجَنَّة ؟ فَقُلت : بلَى ، قَالَ
: هذِهِ المْرأَةُ السوْداءُ أَتَتِ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقالَتْ
: إِنِّي أُصْرَعُ ، وإِنِّي أَتكَشَّفُ ، فَادْعُ اللَّه تعالى لِي قَالَ :
" إِن شئْتِ صَبَرْتِ ولكِ الْجنَّةُ، وإِنْ شِئْتِ دعَوْتُ اللَّه تَعالَى أَنْ
يُعافِيَكِ " فقَالتْ : أَصْبرُ ، فَقالت : إِنِّي أَتَكشَّفُ ، فَادْعُ اللَّه
أَنْ لا أَتكشَّفَ ، فَدَعَا لَهَا . متَّفقٌ عليْهِ .
35. Dari 'Atha' bin Abu Rabah, katanya:
"Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan padaku:
"Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli
syurga?" Saya berkata:
"Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang
kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh
penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu
saya membuka aurat tubuhku. Oleh
karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah - agar saya sembuh." Beliau
s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau suka hendaklah bersabar saja dan untukmu
adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar
penyakitmu itu disembuhkan olehNya."
Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu katanya pula:
"Sesungguhnya karena penyakit itu,
saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk
saya kepada Allah agar saya tidak sampai
membuka aurat tubuh itu." Nabi s.a.w. lalu mendoakan untuknya -
sebagaimana yang dikehendakinya itu."
(Muttafaq 'alaih)
36- وعنْ أَبي عبْدِ الرَّحْمنِ عبْدِ اللَّه بنِ مسْعُودٍ رضيَ اللَّه
عنه قَال : كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلى رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يحْكيِ
نَبيّاً من الأَنْبِياءِ ، صلواتُ اللَّهِ وسَلاَمُهُ عَليْهم ، ضَرَبُهُ قَوْمُهُ
فَأَدْموْهُ وهُو يمْسحُ الدَّم عنْ وجْهِهِ ، يقُولُ : " اللَّهمَّ اغْفِرْ لِقَوْمي
فإِنَّهُمْ لا يعْلمُونَ " متفقٌ عَلَيْه .
36. Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya:
"Seakan-akan saya melihat kepada Rasulullah s.a.w. sedang
menceriterakan tentang seorang Nabi dari sekian banyak Nabi-nabi shalawatuliah
wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli oleh kaumnya, sehingga menyebabkan keluar darahnya dan Nabi
tersebut mengusap darah dari wajahnya sambil mengucapkan: "Ya Allah
ampunilah kaum hamba itu, sebab mereka itu memang tidak mengerti."
(Muttafaq 'alaih)
37- وَعنْ أَبي سَعيدٍ وأَبي هُرَيْرة رضي اللَّه عَنْهُمَا عن النَّبيِّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : "مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ
وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَن وَلاَ أَذًى وَلاَ غمٍّ ، حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها إِلاَّ
كفَّر اللَّه بهَا مِنْ خطَايَاه " متفقٌ عليه .
و " الْوَصَب " : الْمرضُ .
37. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma
dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak suatupun yang
mengenai seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula
sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang
ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti – yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak
hatinya, ataupun kesedihan - segala macam dan
segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya,
melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang
mengenainya-yakni sesuai dengan mushibah
yang diperolehnya- itu."
(Muttafaq 'alaih)
38- وعن ابْن مسْعُود رضي اللَّه عنه قَالَ : دَخلْتُ عَلى النَبيِّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُو يُوعَكُ فَقُلْتُ يا رسُولَ اللَّه إِنَّكَ تُوعكُ
وَعْكاً شَدِيداً قال : " أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلانِ مِنْكُم"
قُلْتُ : ذلك أَنَّ لَكَ أَجْريْن ؟ قال : " أَجَلْ ذَلك كَذَلك مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يُصِيبُهُ أَذًى ، شوْكَةٌ فَمَا فوْقَهَا إلاَّ كَفَّر اللَّه بهَا سيئاته ، وَحطَّتْ
عنْهُ ذُنُوبُهُ كَمَا تَحُطُّ الشَّجرةُ وَرقَهَا " متفقٌ عليه.
وَ " الْوَعْكُ " : مَغْثُ الحمَّى ، وقيل : الْحُمى .
38. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya:
Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi
penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan
dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda:
"Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari
engkau semua yang menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian
Tuan tentulah mendapatkan
dua kali pahala." Beliau bersabda: "Benar,
demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun yang terkena oleh
sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu,
melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab mushibah
yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon
menurunkan daunnya - dan ini jikalau disertai kesabaran."
(Muttafaq 'alaih)
Alwa'ku yaitu sangatnya panas (dalam tubuh sebab sakit), tetapi ada
yang mengatakan panas (biasa).
39- وعنْ أَبي هُرَيرة رضيَ اللَّهُ عنه قال : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ
" : رواه البخاري .
وضَبطُوا " يُصِب " : بفَتْحِ الصَّادِ وكَسْرِهَا .
39. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa oleh Allah
dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan mushibah
padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi
kekasihnya."
(Riwayat Bukhari)
Para ulama mencatat: Yushab, boleh dibaca fathah shadnya dan boleh
pula dikasrahkan, (lalu dibaca yushib).
40- وعَنْ أَنَسٍ رضي اللَّهُ عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم : " لا يتَمنينَّ أَحدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ أَصَابَهُ ، فَإِنْ
كَانَ لا بُدَّ فاعلاً فليقُل : اللَّهُمَّ أَحْيني ما كَانَت الْحياةُ خَيراً لِي
وتوفَّني إِذَا كَانَتِ الْوفاَةُ خَيْراً لِي " متفق عليه
.
40. Dari Anas r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan
tibanya kematian dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi
jikalau ia terpaksa harus berbuat
demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupanku itu masih merupakan kebaikan
untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu merupakan kebaikan
untukku."
(Muttafaq 'alaih)
41- وعنْ أبي عبدِ اللَّهِ خَبَّابِ بْن الأَرتِّ رضيَ اللَّهُ عنه قال : شَكَوْنَا
إِلَى رسولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُو مُتَوسِّدٌ بُردةً لَهُ في
ظلِّ الْكَعْبةِ ، فَقُلْنَا : أَلا تَسْتَنْصرُ لَنَا أَلا تَدْعُو لَنَا ؟ فَقَالَ
: قَد كَانَ مَنْ قَبْلكُمْ يؤْخَذُ الرَّجُلُ فيُحْفَرُ لَهُ في الأَرْضِ في جْعلُ
فِيهَا ، ثمَّ يُؤْتِى بالْمِنْشارِ فَيُوضَعُ علَى رَأْسِهِ فيُجعلُ نصْفَيْن ، ويُمْشطُ
بِأَمْشاطِ الْحديدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعظْمِهِ ، ما يَصُدُّهُ ذلكَ عَنْ دِينِهِ
، واللَّه ليتِمنَّ اللَّهُ هَذا الأَمْر حتَّى يسِير الرَّاكِبُ مِنْ صنْعاءَ إِلَى
حَضْرمْوتَ لا يخافُ إِلاَّ الله والذِّئْبَ عَلَى غنَمِهِ ، ولكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
" رواه البخاري .
وفي رواية : " وهُوَ مُتَوسِّدٌ بُرْدةً وقَدْ لقِينَا مِنَ الْمُشْركِين
شِدَّةً " .
41. Dari Abu Abdullah, yaitu Khabbab bin Aratti r.a., katanya:
"Kita mengadu kepada
Rasulullah s.a.w. dan beliau ketika itu meletakkan pakaian burdahnya di
bawah kepalanya sebagai bantal dan berada di naungan Ka'bah, kita berkata:
Mengapa Tuan tidak memohonkan
pertolongan - kepada Allah - untuk kita, sehingga kita menang? Mengapa Tuan tidak berdoa sedemikian itu untuk
kita?" Beliau lalu bersabda: "Pernah terjadi terhadap orang-orang
sebelummu - yakni zaman Nabi-nabi yang lalu, yaitu ada seorang yang diambil -
oleh musuhnya, karena ia beriman,
kemudian digalikanlah tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam tanah tadi,
selanjutnya didatangkanlah sebuah
gergaji dan ini diletakkan di atas kepalanya, seterusnya kepalanya itu
dibelah menjadi dua. Selain itu iapun disisir dengan sisir yang terbuat dari
besi yang dikenakan di bawah daging dan
tulangnya, semua siksaan itu tidak memalingkan ia dari agamanya -yakni ia tetap
beriman kepada Allah. Demi Allah niscayalah Allah sungguh akan menyempurnakan
perkara ini - yakni Agama Islam, sehingga seseorang yang berkendaraan yang berjalan
dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau karena takut pada serigala atas kambingnya -
sebab takut sedemikian ini lumrah saja. Tetapi engkau semua itu hendak
bercepat-cepat saja."
(Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat lain diterangkan:
"Beliau saat itu sedang berbantal burdahnya, padahal kita
telah memperoleh kesukaran yang amat sangat dari kaum musyrikin."
42- وعن ابن مَسعُودٍ رضي اللَّه عنه قال : لمَّا كَانَ يَوْمُ حُنَيْنٍ
آثر رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم نَاساً في الْقِسْمَةِ : فأَعْطَى الأَقْرعَ
بْنَ حابِسٍ مائةً مِنَ الإِبِلِ وأَعْطَى عُييْنَةَ بْنَ حِصْنٍ مِثْلَ ذلِكَ ، وأَعطى
نَاساً منْ أشرافِ الْعربِ وآثَرهُمْ يوْمئِذٍ في الْقِسْمَةِ . فَقَالَ رجُلٌ : واللَّهِ
إنَّ هَذِهِ قِسْمةٌ ما عُدِلَ فِيها ، وما أُريد فِيهَا وَجهُ اللَّه ، فَقُلْتُ:
واللَّه لأُخْبِرَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فأتيتُهُ فَأخبرته
بِما قال ، فتغَيَّر وَجْهُهُ حتَّى كَانَ كَالصِّرْفِ . ثُمَّ قال : " فَمنْ
يَعْدِلُ إِذَا لَمْ يعدِلِ اللَّهُ ورسُولُهُ ؟ ثم قال : يرحَمُ اللَّهُ موسى قَدْ
أُوْذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصبرَ " فَقُلْتُ: لا جرمَ لا أَرْفعُ إلَيه
بعْدها حدِيثاً. متفقٌ عليه .
وقَوْلُهُ " كَالصِرْفَ " هُو بِكسْرِ الصادِ الْمُهْملةِ :
وَهُوَ صِبْغٌ أَحْمَرُ .
42. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya:
"Ketika hari peperangan Hunain, Rasulullah s.a.w. melebihkan -
mengutamakan - beberapa orang dalam pemberian pembagian – harta rampasan, lalu
mem-berikan kepada al-Aqra' bin Habis seratus ekor unta dan memberikan kepada
'Uyainah bin Hishn seperti itu pula - seratus ekor unta, juga memberikan kepada
orang-orang yang termasuk bangsawan Arab dan mengutamakan dalam cara
pembagian kepada mereka tadi. Kemudian
ada seoranglelaki berkata: "Demi Allah, pembagian secara ini, sama sekali
tidak ada keadilannya dan agaknya tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan
Allah." Saya lalu berkata: "Demi Allah, hal ini akan saya beritahukan
kepada Rasulullah s.a.w." Saya pun mendatanginya terus memberitahukan
kepadanya tentang apa-apa yang dikatakan oleh orang itu. Maka berubahlah warna
wajah beliau sehingga menjadi semacam sumba merah - merah padam karena marah - lalu bersabda: "Siapakah
yang dapat dinamakan adil, jikalau Allah dan RasulNya dianggap tidak adil
juga." Selanjutnya beliau bersabda: "Allah merahmati Nabt Musa. Ia telah disakiti dengan cara yang lebih
sangat dari ini, tetapi ia tetap sabar." Saya sendiri berkata: "Ah,
semestinya saya tidak memberitahukan dan saya tidak akan mengadukan lagi
sesuatu pembicaraanpun setelah peristiwa itu kepada beliau lagi."
(Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Kashshirfi dengan
kasrahnya shad muhmalah, artinya sumba merah.
43- وعن أنس رضي اللَّه عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : " إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بعبْدِهِ خَيْراً عجَّلَ لَهُ الْعُقُوبةَ
في الدُّنْيَا ، وإِذَا أَرَادَ اللَّه بِعبدِهِ الشَّرَّ أمسَكَ عنْهُ بذَنْبِهِ حتَّى
يُوافِيَ بهِ يَومَ الْقِيامةِ " .
وقَالَ النبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " إِنَّ عِظَمَ الْجزاءِ
مَعَ عِظَمِ الْبلاءِ ، وإِنَّ اللَّه تعالى إِذَا أَحَبَّ قَوماً ابتلاهُمْ ، فَمنْ
رضِيَ فلَهُ الرضَا ، ومَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ " رواه الترمذي وقَالَ: حديثٌ
حسنٌ .
43.
Dari Anas r.a., berkata:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang hambaNya,
maka ia mempercepatkan suatu siksaan - penderitaan - sewaktu dunia, tetapi
jikalau Allah menghendaki keburukan pada se-seorang hambaNya,
maka orang itu
dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan
dipenuhkan balasan - siksaannya - hari
kiamat." Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga riwayat Anas r.a.:
"Sesungguhnya besarnya balasan - pahala - itu menilik besarnya bala' yang
menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka
itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela - menerima bala' tadi,
ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka
ia memperoleh kemurkaan Allah pula."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini Hadis
hasan.
44- وعنْ أَنَسٍ رضي اللَّه عنه قال : كَانَ ابْنٌ لأبي طلْحةَ رضي
اللَّه عنه يَشْتَكي ، فخرج أبُو طَلْحة ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ ، فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو
طَلْحةَ قال : ما فَعَلَ ابنِي ؟ قَالَت أُمُّ سُلَيْم وَهِيَ أُمُّ الصَّبيِّ : هو
أَسْكَنُ مَا كَانَ ، فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ فَتَعَشَّى ، ثُمَّ أَصَابَ
مِنْهَا، فَلَمَّا فرغَ قَالَتْ : وارُوا الصَّبيَّ ، فَلَمَّا أَصْبحَ أَبُو طَلْحَة
أَتَى رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَأَخْبرهُ، فَقَالَ: " أَعرَّسْتُمُ
اللَّيْلَةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قال : " اللَّهمَّ باركْ لَهُما " فَولَدتْ
غُلاماً فقَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ : احْمِلْهُ حتَّى تَأَتِيَ بِهِ النبيَّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وبَعثَ مَعهُ بِتمْرَات ، فقال : "أَمعهُ شْيءٌ ؟
" قال : نعمْ ، تَمراتٌ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
فَمضَغَهَا ، ثُمَّ أَخذَهَا مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا في في الصَّبيِّ ثُمَّ حَنَّكَه
وسمَّاهُ عبدَ اللَّهِ متفقٌ عليه .
وفي روايةٍ للْبُخَاريِّ : قال ابْنُ عُيَيْنَة : فَقَالَ رجُلٌ منَ الأَنْصارِ
: فَرَأَيْتُ تَسعة أَوْلادٍ كلُّهُمْ قدْ قَرؤُوا الْقُرْآنَ ، يعْنِي مِنْ أَوْلادِ
عَبْدِ اللَّه الْموْلُود .
وفي روايةٍ لمسلِم : ماتَ ابْنٌ لأبِي طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ ،
فَقَالَتْ لأهْلِهَا : لا تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بابنِهِ حتَّى أَكُونَ أَنَا
أُحَدِّثُهُ ، فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وشَرِبَ ، ثُمَّ تَصنَّعتْ
لهُ أَحْسنَ ما كانتْ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذلكَ ، فَوقَعَ بِهَا ، فَلَمَّا أَنْ رأَتْ
أَنَّهُ قَدْ شَبِعِ وأَصَابَ مِنْها قَالتْ: يا أَبَا طلْحةَ ، أَرَايْتَ لَوْ أَنَّ
قَوْماً أَعارُوا عارِيتهُمْ أَهْل بيْتٍ فَطَلبوا عاريَتَهُم ، ألَهُمْ أَنْ يمْنَعُوهَا؟
قَالَ : لا ، فَقَالَتْ : فاحتسِبْ ابْنَكَ . قَالَ : فغَضِبَ ، ثُمَّ قَالَ : تركتنِي
حتَّى إِذَا تَلطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبرتِني بِابْني ، فَانْطَلَقَ حتَّى أَتَى رسولَ
اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فأخْبَرهُ بما كَانَ ، فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " بَاركَ اللَّه لكُما في ليْلتِكُما " .
قال : فحملَتْ ، قال : وكَانَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
في سفَرٍ وهِي مَعَهُ وكَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا أَتَى
الْمَدِينَةِ مِنْ سَفَرٍ لاَ يَطْرُقُها طُرُوقاً فَدنَوْا مِنَ الْمَدِينَةِ ، فَضَرَبَهَا
الْمَخاضُ ، فَاحْتَبَس عَلَيْهَا أَبُو طلْحَةَ ، وانْطلَقَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم . قَالَ : يقُولُ أَبُو طَلْحةَ إِنَّكَ لتعلمُ يَا ربِّ أَنَّهُ
يعْجبُنِي أَنْ أَخْرُجَ معَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا خَرَجَ
، وأَدْخُلَ مَعهُ إِذَا دَخَلَ ، وقَدِ احْتَبَسْتُ بِما تَرى . تقولُ أُمُّ سُلَيْمٍ
: يا أَبَا طلْحةَ مَا أَجِد الَّذي كنْتُ أَجِدُ ، انْطَلِقْ ، فانْطَلقْنَا ، وضَربهَا
المَخاضُ حينَ قَدِمَا فَولَدتْ غُلاماً . فقالَتْ لِي أُمِّي : يا أَنَسُ لا يُرْضِعُهُ
أَحدٌ تَغْدُوَ بِهِ عَلَى رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فلمَّا أَصْبحَ
احتملْتُهُ فانطَلقْتُ بِهِ إِلَى رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . وذَكَرَ
تمامَ الْحَدِيثِ .
44. Dari Anas r.a., katanya:
"Abu Thalhah itu mempunyai seorang putera yang sedang
menderita sakit. Abu Thalhah keluar pergi - menghadap Nabi s.a.w., kemudian
anaknya itu dicabutlah ruhnya - yakni meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah
kembali -waktu itu ia sedang berpuasa, ia berkata: "Bagaimanakah keadaan
anakku?" Ummu Sulaim, yaitu ibu anak tersebut - jadi isterinya Abu Thalhah
- menjawab: "Ia dalam keadaan yang setenang- tenangnya." Isterinya
itu lalu menyiapkan makanan malam untuknya kemudian Abu Thalhah pun makan
malamlah, selanjutnya ia menyetubuhinya isterinya itu. Setelah selesai, Ummu
Sulaim berkata: "Makamkanlah anak itu." Setelah menjelang pagi
harinya Abu Thalhah mendatangi Rasulullah
s.a.w., lalu memberitahukan hal tersebut – kematiannya anaknya yang ia baru mengerti setelah selesai
tidur bersama isterinya. Kemudian Nabi bersabda: "Adakah engkau berdua
bersetubuh tadi malam?" Abu Thalhah menjawab: "Ya." Beliau lalu
bersabda pula: "Ya Allah, berikanlah keberkahan pada kedua orang ini
-yakni Abu Thalhah dan isterinya. Selanjutnya Ummu Suiaim itu melahirkan
seorang anak lelaki lagi. Abu Thalhah lalu berkata padaku - aku di sini ialah
Anas r.a. yang meriwayatkan Hadis ini: "Bawalah ia sehingga engkau datang
di tempat Nabi s.a.w. dan besertanya kirimkanlah beberapa biji buah kurma. Nabi
s.a.w. bersabda: "Adakah besertanya sesuatu benda?" Ia - Anas- menjawab: "Ya.ada beberapa biji buah
kurma." Buah kurma itu diambil oleh Nabi s.a.w. lalu dikunyahnya kemudian diambillah dari
mulutnya, selanjutnya dimasukkanlah dalam
mulut anak tersebut. Setelah itu digosokkan di langit-langit mulutnya
dan memberinya nama Abdullah."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan demikian:
Ibnu 'Uyainah berkata: "Kemudian ada seorang dari golongan
sahabat Anshar berkata: "Lalu saya melihat sembilan orang anak lelaki yang
semuanya dapat membaca dengan baik dan hafal akan al-Quran, yaitu semuanya dari
anak-anak Abdullah yang dilahirkan hasil peristiwa malam dahulu itu. Dalam
riwayat Muslim disebutkan: "Anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal
dunia, lalu isterinya itu berkata kepada seluruh keluarganya: "Janganlah
engkau semua memberitahukan hal kematian anak itu kepada Abu Thalhah, sehingga
aku sendirilah yang hendak memberitahukannya nanti." Abu Thalhah - yang
saat itu bepergian - lalu datanglah,
kemudian isterinya menyiapkan makan malam untuknya dan iapun makan dan
minumlah. Selanjutnya isterinya itu memperhias diri dengan sebaik-baik hiasan
yang ada padanya dan bahkan belum pernah berhias semacam itu sebelum
peristiwa tersebut. Seterusnya Abu
Thalhah menyetubuhi isterinya. Sewaktu isterinya telah mengetahui bahwa
suaminya telah kenyang dan selesai menyetubuhinya, iapun berkatalah pada Abu
Thalhah: "Bagaimanakah pendapat kanda, jikalau sesuatu kaum meminjamkan
sesuatu yang dipinjamkannya kepada salah satu keluarga, kemudian mereka meminta
kembalinya apa yang dipinjamkannya. Patutkah keluarga yang meminjamnya itu
menolak untuk mengembalikannya benda tersebut kepada yang meminjaminya?"
Abu Thalhah menjawab: "Tidak boleh menolaknya - yakni harus
menyerahkannya." Kemudian berkata pula isterinya: "Nah,
perhitungkanlah bagaimana pinjaman itu jikalau berupa anakmu sendiri?" Abu
Thalhah lalu marah-marah kemudian berkata: "Engkau biarkan aku tidak
mengetahui - kematian anakku itu, sehingga setelah aku terkena kotoran -
maksudnya kotoran bekas bersetubuh, lalu
engkau beritahukan hal anakku itu padaku." Iapun lalu berangkat sehingga
datang di tempat Rasulullah s.a.w. lalu
memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi, kemudian Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu berdua dalam
malammu itu." Anas r.a. berkata: "Kemudian isterinya hamil."
Anas r.a. melanjutkan katanya: "Rasulullah s.a.w. sedang dalam bepergian
dan Ummu Sulaim itu menyertainya pula - bersama suaminya juga. Rasulullah
s.a.w. apabila datang di Madinah di waktu malam dari bepergian, tidak pernah
mendatangi rumah keluarganya malam-malam. Ummu Sulaim tiba- tiba merasa
sakit karena hendak melahirkan, maka
oleh karena Abu Thalhah tertahan – yakni
tidak dapat terus mengikuti Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. terus
berangkat." Anas berkata: "Setelah itu Abu Thalhah berkata:
"Sesungguhnya Engkau tentulah Maha Mengetahui, ya Tuhanku, bahwa saya ini
amat tertarik sekali untuk keluar bepergian bersama-sama Rasulullah s.a.w. di
waktu beliau keluar bepergian dan untuk masuk -tetap di negerinya -
bersama-sama dengan beliau di waktu beliau masuk. Sesungguhnya saya telah tertahan pada saat ini dengan sebab
sebagaimana yang Engkau ketahui." Ummu Sulaim ialu berkata: "Hai Abu
Thalhah, saya tidak menemukan sakitnya hendak melahirkan sebagaimana yang
biasanya saya dapatkan - jikaiau hendak melahirkan anak. Maka itu berangkatlah. Kitapun -
maksudnya Rasulullah s.a.w., Abu Thalhah dan
isterinya - berangkatlah, Ummu Sulaim sebenarnya memang merasakan sakit
hendak melahirkan, ketika keduanya itu datang, lalu melahirkan seorang anak
lelaki. Ibuku – yakni ibu Anas r.a. -
berkata padaku - pada Anas r.a.: "Hai Anas, janganlah anak itu disusui
oleh siapapun sehingga engkau pergi
pagi-pagi besok dengan membawa anak itu kepada Rasulullah s.a.w." Ketika
waktu pagi menjelma, saya - Anas r.a. - membawa anak tadi kemudian pergi
dengannya kepada Rasulullah s.a.w. Ia lalu meneruskan ceritera Hadis ini sampai
selesainya.
45- وعنْ أَبِي هُريرةَ رضي اللَّه عنه أَن رسول اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم قال : " لَيْسَ الشديدُ بالصُّرَعةِ إِنمَّا الشديدُ الَّذي
يمْلِكُ نَفسَهُ عِنْد الْغَضَبِ " متفقٌ عليه .
"
والصُّرَعَةُ " بِضمِّ الصَّادِ وفتْحِ الرَّاءِ ، وأصْلُهُ
عنْد الْعربِ منْ يصرَعُ النَّاسَ كثيراً .
45. Dari Abu Hurariah r.a.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukanlah orang yang
keras - kuat - itu dengan banyaknya berkelahi, hanyasanya orang-orang yang
keras - kuat - ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang
marah-marah."
(Muttafaq 'alaih)
Ashshura-ah dengan dhammahnya shad
dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi bangsa Arab, artinya ialah orang yang
suka sekali menyerang atau membanting orang banyak (sampai terbaring atau tidak
sadarkan diri).
46- وعنْ سُلَيْمانَ بْنِ صُرَدٍ رضي اللَّه عنهُ قال : كُنْتُ جالِساً
مع النَّبِي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، ورجُلان يستَبَّانِ وأَحدُهُمَا قَدِ احْمَرَّ
وَجْهُهُ . وانْتفَخَتْ أودَاجهُ . فقال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
: " إِنِّي لأعلَمُ كَلِمةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عنْهُ ما يجِدُ ، لوْ قَالَ
: أَعْوذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ذَهَبَ عنْهُ ما يجدُ . فقَالُوا
لَهُ : إِنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : "تعوَّذْ بِاللِّهِ
مِن الشَّيَطان الرَّجِيمِ ". متفقٌ عليه .
46. Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya:
"Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di situ ada dua orang yang
saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari
keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya, kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja niscayalah mengetahui suatu
kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya
-kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi minasy
syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orang- orang
lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya
Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang direjam."
(Muttafaq 'alaih)
47- وعنْ مُعاذ بْنِ أَنَسٍ رضي اللَّه عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : " مَنْ كظَمَ غيظاً ، وهُو قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ ، دَعَاهُ اللَّهُ سُبْحانَهُ وتَعالَى عَلَى رُؤُوسِ الْخلائقِ يَوْمَ
الْقِيامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ " رواه أَبُو
داوُدَ ، والتِّرْمِذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ .
47.
Dari Mu'az bin Anas r.a.
Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia kuasa untuk
meneruskannya - melaksanakannya – maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya
di hadapan kepala - yakni disaksikan –sekalian makhluk pada hari kiamat,
sehingga disuruhnya orang itu memilih bidadari-bidadari yang membelalak matanya
dengan sesuka hatinya."
Diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud dan Termidzi
dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
48- وعنْ أَبِي هُريْرَةَ رَضيَ اللَّهُ عنهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ للنَّبِيِّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : أوْصِني ، قَالَ : " لا تَغضَبْ " فَردَّدَ
مِراراً قَالَ ، " لا تَغْضَبْ " رواه البخاريُّ.
48. Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.:
"Berilah wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan
marah." Orang itu mengutanginya berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap
bersabda: "janganlah marah."
(Riwayat Bukhari)
49- وَعَنْ أبي هُرَيْرةَ رَضِيَ اللَّهُ عنه قال : قال رسولُ اللَّهِ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " مَا يَزَال الْبَلاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمؤمِنَةِ
في نَفْسِهِ وَولَدِهِ ومَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّه تعالى وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ"
رواه التِّرْمِذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ صحِيحٌ .
49. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak henti-hentinya bencana - bala' - itu mengenai seseorang
mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam dirinya sendiri, anaknya ataupun
hartanya, sehingga ia menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi
sesuatu kesalahanpun."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan shahih.
50- وَعَنْ ابْن عَبَاسٍ رضي اللَّه عنهما قال : قَدِمَ عُيَيْنَة بْنُ
حِصْنٍ فَنَزلَ عَلَى ابْنِ أَخيِهِ الْحُر بْنِ قَيْسٍ ، وَكَانَ مِن النَّفَرِ الَّذِين
يُدْنِيهِمْ عُمرُ رضِيَ اللَّهُ عنهُ ، وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحابَ مَجْلِسِ عُمَرَ
رضي اللَّهُ عنه وَمُشاوَرَتِهِ كُهولاً كَانُوا أَوْ شُبَّاناً ، فَقَالَ عُييْنَةُ
لابْنِ أَخيِهِ : يَا ابْنَ أَخِى لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الأمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ
لى عَلَيْهِ ، فاستَأذنَ فَأَذِنَ لَهُ عُمرُ . فَلَمَّا دخَلَ قَالَ : هِيْ يا ابْنَ
الْخَطَّاب ، فَوَاللَّه مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلا تَحْكُمُ فِينَا بالْعَدْل
، فَغَضِبَ عُمَرُ رضيَ اللَّه عنه حتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ
: يا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّه تعَالى قَال لِنبِيِّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : { خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجاهلينَ } [ سورة
الأعراف: 198 ] وإنَّ هَذَا مِنَ الجاهلينَ ، وَاللَّه ما جاوَزَها عُمَرُ حِينَ تلاها
، وكَانَ وَقَّافاً عِنْد كِتَابِ اللَّهِ تعالى رواه البخارى
.
50. Dari ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya:
'Uyainah bin Hishn datang – di Madinah, kemudian turun - sebagai
tamu - pada anak saudaranya - sepupunya - yaitu Alhur bin Qais. Alhur 'Adalah
salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang didekat-kan oleh Umar r.a. - yakni dianggap sebagai orang
dekat dan sering diajak bermusyawarah,
karena para ahli baca al-Quran - yang pandai maknanya - adalah menjadi
sahabat-sahabat yang menetap di majlis Umar r.a. serta orang-orang yang diajak
bermusyawarah olehnya, baik orang-orang tua maupun yang masih muda-muda
usianya. 'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau
mempunyai wajah - banyak diperhatikan -
di sisi Amirul mu'minin ini. Cobalah meminta izin padanya supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu
memintakan izin untuk 'Uyainah lalu Umarpun mengizinkannya. Setelah 'Uyainah
masuk, lalu ia berkata: "Hati-hatilah,hai putera Alkhaththab - yaitu Umar,
demi Allah, tuan tidak memberikan banyak pemberian - kelapangan hidup - pada kita dan tidak pula
tuan memerintah di kalangan kita dengan keadilan." Umar r.a. marah
sehingga hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya. Alhur kemudian berkata: "Ya
Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala
berfirman kepada NabiNya s.a.w. - yang artinya: "Berilah maaf,
perintahlah kebaikan dan berpalinglah - jangan menghiraukan – pada orang-orang yang bodoh." Dan ini - yakni
'Uyainah - adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh. Demi Allah, Umar
tidak pernah melaluinya - melanggarnya - di waktu Alhur membacakan itu. Umar
adalah seorang yang banyak berhentinya - amat mematuhi - di sisi Kitabullah
Ta'ala.
Riwayat Bukhari)
51- وعَن ابْنِ مسْعُودٍ رضي اللَّه عنه أنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم قال : " إِنَّهَا سَتكُونُ بَعْدِى أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرونَها
، قَالُوا : يا رسُولَ اللَّهِ فَما تَأمرُنا ؟ قالَ : تُؤَدُّونَ الْحقَّ الَّذي عَلَيْكُمْ
وتَسْألونَ اللَّه الذي لكُمْ " متفقٌ عليه . " والأَثَرَةُ " : الانفرادُ
بالشيْءِ عمَّنْ لَهُ فيهِ حقٌّ .
51. Dari Ibnu Mas'ud r.a.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja akan terjadi sesudahku nanti cara
mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya
- dan juga beberapa perkara yang engkau semua akan mengingkarinya. Orang-orang
semua berkata: "Ya Rasulullah, maka apakah yang akan Tuan perintahkan pada
kita - kaum Muslimin. Beliau s.a.w. bersabda: "Supaya engkau semua
menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan mohonlah kepada
Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua."
(Muttafaq 'alaih)
52- وَعن أبي يحْيَى أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ رضي اللَّهُ عنهُ أَنَّ
رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ قال : يا رسولَ اللَّهِ أَلا تَسْتَعْمِلُني كَمَا اسْتْعْملتَ
فُلاناً وفلاناً فَقَالَ : " إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدي أَثَرَةً فاصْبِرُوا
حَتَّى تلقَوْنِي علَى الْحوْضِ " متفقٌ عليه .
"
وأُسَيْدٌ " بِضَمِّ الْهمْزةِ . " وحُضَيْرٌ
" بِحاءٍ مُهْمَلَةٍ مضمُومَةٍ وضادٍ مُعْجَمَةٍ مفْتُوحةٍ ، واللَّهُ أَعْلَمُ
.
52. Dari Abu Yahya yaitu
Usaid bin Hudhair r.a.
bahwasanya ada seorang lelaki dari kaum Anshar berkata: "Ya
Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan saya sebagai pegawai, sebagaimana
tuan juga menggunakan si Fulan dan Fulan itu?" Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Sesungguhnya engkau semua akan menemui sesudahku nanti suatu
cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk
memperolehnya, maka dari itu bersabarlah, sehingga engkau semua menemui aku di
telaga - pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)
53- وَعنْ أبي إِبْراهيمَ عَبْدِ اللَّه بْنِ أبي أَوْفي رضي اللَّهُ
عنهمَا أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في بعْضِ أَيَّامِهِ التي
لَقِيَ فِيهَا الْعَدُوَّ ، انْتَظرَ حَتَّى إِذَا مَالَتِ الشَّمْسُ قَامَ فِيهمْ
فَقَالَ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ لا تَتَمنَّوا لِقَاءَ الْعدُوِّ ، وَاسْأَلُوا
اللَّه العَافِيَةَ ، فَإِذَا لقيتُموهم فاصْبرُوا ، وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّة تَحْتَ
ظِلاَلِ السُّيُوفِ " ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :
" اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ ، وَهَازِمَ الأَحْزابِ
، اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنا عَلَيْهِمْ " . متفقٌ عليه وباللَّه التَّوْفيقُ
.
53. Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu
'anhuma
bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu
dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong - hendak terbenam -
beliau lalu berdiri di muka orang banyak
kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua
mengharap-harapkan bertemu musuh dan
mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh
itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang." Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya
Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan
gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita semua
kemenangan atas mereka."
(Muttafaq 'alaih)
Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar